SOLOPOS.COM - Perwakilan pedagang Pasar Bunder (kiri) menempelkan kartu e-retribusi pada alat pungut retribusi elektronik dalam simulasi penerapan e-retribusi saat launching program di halaman parkir Pasar Kota Sragen, Rabu (25/10/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

E-retribusi di Sragen diterapkan pada 2018 mendatangkan.

Solopos.com, SRAGEN — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen bakal menarik retribusi secara nontunai pada 14.011 pedagang yang menyebar di 50 pasar tradisional lewat program e-retribusi atau retribusi elektronik pada 2018.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebagai awalannya, Pemkab meluncurkan e-retribusi untuk 3.309 pedagang di Pasar Bunder dan Pasar Kota Sragen, Rabu (25/10/2017). Program e-retribusi itu di-launching Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati di halaman parkir Pasar Kota Sragen, Rabu pagi.

Dalam kesempatan itu, Bupati menerima kartu e-retribusi yang dicetak Bank Jateng. Kemudian Bupati menyerahkan kartu e-retribusi kepada empat orang perwakilan pedagang dari dua pasar tersebut.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sragen Untung Sugihartono saat ditemui wartawan seusai launching e-retribusi menyatakan penarikan retribusi nontunai harus bisa dilaksanakan di 50 pasar tradisional yang dikelola Pemkab Sragen dengan jumlah pedagang 14.011 orang itu. Ketentuan itu, sebut Untung, tercantum dalam Surat Edaran (SE) Menteri Dalam Negeri (Mendagri).

“Ya, secara keseluruhan [pasar tradisional] akan dilakukan e-retribusi secara bertahap. Kami belum bisa menargetkan tetapi kami mengupayakan sesuai dengan amanat dalam SE Mendagri itu. Harapannya tahun depan semua pasar sudah dipungut retribusi nontunai. Untuk pelaksanaannya, kami harus pengadaan kartu sendiri. Kami akan berkomunikasi dengan DPRD supaya bisa menyetujui alokasi anggaran untuk pengadaan kartu e-retribusi,” ujar Untung.

Sebagai pilot project, Untung menggandeng Bank Jateng untuk pengadaan kartu e-retribusi yang biaya cetaknya Rp8.250/keping. Untung menyebut Bank Jateng menyetak 4.000 keping bagi pedagang di Pasar Bunder dan Pasar Kota Sragen yang hanya 3.309 orang. “Sisanya untuk cadangan kalau ada kartu yang rusak,” ujarnya.

Untung berharap penerapan e-retribusi itu bisa menekan angka kebocoran retribusi yang sebelumnya dilakukan secara manual. Selain itu, Untung optimistis pemberlakukan e-retribusi itu bisa meningkatkan pendapatan retribusi sampai 5%. Untung mengungkapkan pendapatan retribusi di dua pasar tersebut mencapai Rp2,062 miliar pada 2016. Realisasi pendapatan hingga September 2017 mencapai Rp1,55 miliar.

Yuni, sapaan Bupati, menginginkan sistem elektronik dalam intensifikasi retribusi itu bisa juga diterapkan pada pendapatan lainnya, seperti pajak kir di Dinas Perhubungan atau pajak lainnya.

Seiring dengan peningkatan teknologi, Yuni mendorong semua pelayanan bisa dilakukan dengan sistem elektronik. Dia menyampaikan banyaknya usaha sekarang yang bersaing dalam pelayanan cepat.

“Anak Pak Sekda saja mau pesan makanan yang jaraknya hanya 100 meter dari rumah pilih menggunakan jasa Gojek. Ada juga Go-food juga di Sragen. Selain itu, banyak masyarakat mulai berbelanja dengan menggunakan pasar online karena praktis dan cepat lewat gadget yang ada. 50% pedagang di Pasar Tanah Abang dan Mangga Dua tutup karena dampak dari pasar online. Tetapi saya harap pasar-pasar di Sragen tidak seperti di Jakarta,” ujar Bupati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya