SOLOPOS.COM - Siswa SD Negeri Kestalan No. 5 Solo antre dengan menjaga jarak aman saat mengikuti tes usap PCR secara acak di sekolah, Selasa (23/11/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Mata Oktra Lutfi Nur Cahyo berkaca-kaca setelah menjalani uji swab PCR di halaman SD Kestalan No.5 Banjarsari, Selasa (23/11/2021) pagi. Bocah 11 tahun itu menjadi satu dari 30 siswa yang diambil sampelnya untuk diuji.

Pagi itu ia berangkat sekolah seperti biasa. Tak disangka, sekolahnya menjadi satu dari 17 SD sederajat yang ditunjuk menjalani program surveilans dari Kementerian Kesehatan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ya, sakit. Tapi, tadi dikasih tahu untuk membuka mulut biar enggak begitu sakit. Baru kali pertama (PCR). Orang tua membolehkan,” kata dia, kepada Solopos.com.

Oktra mengaku lega setelah 20 menit menunggu giliran untuk diuji. Selama ini, dia tak pernah menanggalkan masker saat mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM).

“Katanya (diuji PCR) biar di sekolah lebih aman. Saya PTM tiga kali dalam sepekan, jadwalnya tidak pasti. Sehari paling sampai jam 11.00, mulai dari jam 07.00,” jelasnya.

Baca Juga: Puluhan Siswa-Guru SMPN 4 Polokarto Dites Swab PCR, Ada yang Positif? 

Siswa lain, Sania Marwa Nur Aini, mengaku tidak takut diuji swab PCR meski sempat deg-degan. Sebelum diuji, guru sudah memberitahukan prosesnya.

“Ya, senang (diuji swab) karena kata guru biar sekolahnya aman. Saya sudah ikut PTM sejak September, kalau enggak keliru. Ya, per pekan tiga kali. Harapannya, sekolah enggak ditutup lagi, bisa belajar bersama teman-teman,” kata dia.

Ketua Satgas Covid-9 SDN Kestalan No.5, Sri Hartuti, mengatakan ada 30 siswa perwakilan dari kelas 4, 5, dan 6 yang diambil sampelnya.

“Siswanya acak, jadi kami tanya dulu setiap kelas apakah ada yang pernah diuji swab (PCT). Ternyata ada tiga siswa di kelas 5 yang pernah (diuji). Kami memilih yang belum pernah,” jelasnya.

Bersentuhan

Selain siswa, ada tiga guru kelas yang juga diuji. Mereka dipilih karena banyak bersentuhan dengan siswa. “Selama ini belum pernah ada temuan kasus di sekolah, kami selalu mengingatkan siswa dan guru untuk menjaga protokol kesehatan,” ucap Hartuti.

Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, mengatakan surveilans tahap kedua dilakukan di 29 sekolah pada pekan ini.

Perinciannya, 16 SD dan satu MI, tujuh SMP dan satu MTSN, tiga SMA/SMK dan satu MAN, serta dua pondok pesantren.

“Tujuannya untuk memberikan rasa aman saat PTM terbatas, selain menemukan kasus lebih dini sehingga penanganannya lebih cepat,” jelasnya, ditemui di sela kegiatan.

Baca Juga: Evaluasi PTM, DKK Solo Gelar Tes PCR di SDN Kestalan 

Ning, panggilan akrabnya, mengatakan pada surveilans tahap pertama ditemukan 107 siswa yang terpapar Covid-19. Mereka jamaknya tanpa gejala, namun berpotensi menularkan virus.

“Makanya, protokol kesehatan itu harga mati. Beruntung saat surveilans kami menemukan kasus. Kalau tidak, mereka menularkan ke kalangan risiko tinggi, tentu membahayakan,” ucapnya.

Jika nantinya ada temuan kasus, maka bakal diteruskan tracing. Apabila pihaknya menemukan kasus positif di sampel kelas 6, maka maka seluruh siswa kelas 6 akan diuji swab PCR.

“Kemudian, ternyata yang positif ini pernah main dengan anak kelas 4, maka kami juga ambil sampelnya semua. Kemudian dari hasil tracing pertama dan kedua itu negatif, kami enggak boleh lepas begitu saja. Kami swab ulang lagi setelah lima hari. Baru bisa kami katakan negatif. Makanya, bisa jadi satu orang swab 3 kali,” tutupnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya