SOLOPOS.COM - Ilustrasi karantina mandiri. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Satuan Petugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Solo mencatat dua warga meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri atau isoman pada pekan ini. Mereka diketahui tertular virus SARS CoV-2 namun tidak menjalani perawatan di rumah sakit (RS).

Ketua Pelaksana Satgas Penanganan Covid-19 Solo, Ahyani, mengatakan mereka biasanya bergejala ringan, kemudian mengalami perburukan hingga akhirnya meninggal dunia. Perburukan itu umumnya disebabkan penyakit penyerta yang diderita.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Karena mereka juga punya komorbid, kemudian gejalanya ringan sehingga tidak dirawat di RS. Kalau gejalanya sedang dan berat kan dirawat di RS,” katanya kepada wartawan, Kamis (15/7/2021) petang.

Baca Juga: Sumur Warga Sumber Solo Keluarkan Asap dan Uap Panas, Polisi-Pejabat ESDM Jateng Datang Mengecek

Ekspedisi Mudik 2024

Ahyani mengakui Satgas belum punya solusi untuk pasien Covid-19 yang bergejala ringan. Warga Solo yang terpapar corona dengan gejala ringan biasanya menjalani isoman di rumah.

Karena itu pula, Pemkot Solo mendukung upgrade Asrama Haji Donohudan menjadi RS darurat sebagai alternatif untuk merawat pasien positif Covid-19 dengan gejala ringan. “Kalau ada komorbid, awalnya yang gejala ringan kemudian bisa langsung drop. Jadi, sebenarnya tidak murni [meninggal karena] Covid-19,” ujarnya.

Ahyani mengaku rutin mendapatkan laporan warga yang isolasi mandiri kemudian meninggal dunia di rumah. Namun, ia tidak bisa memerinci jumlah total warga positif corona Solo yang meninggal saat isoman.

Baca Juga: Hiiii… Warga Kedung Lumbu Solo Temukan Ular Cobra di Dekat Permukiman

Keterisian Bed Rumah Sakit

Pada sisi lain, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) belasan RS rujukan Covid-19 Solo juga tinggi, sehingga memperparah kondisi pandemi. “BOR kami sudah merah, setiap hari di atas 90%,” imbuhnya.

RS di Solo menerima rujukan pasien asal Jawa Tengah sisi timur, seperti Grobogan, Pati, Kudus, dan ada pula asal Jawa Timur sisi barat. Dari Solo, lonjakan kasus yang terjadi sepekan terakhir, dua pertiganya diketahui dari hasil uji swab antigen di fasyankes, maupun klinik dan laboratorium yang melayani uji tersebut.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menjadikan uji swab antigen sebagai penegakan diagnosis. “Semua yang hasilnya positif baik antigen maupun PCR dilaporkan ke kami, sehingga kasusnya tinggi. Kami ingin deteksi lebih awal agar lebih cepat penanganannya,” terang Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, Kamis sore.

Baca Juga: Sambil Patroli, Aparat Polsek Jebres Solo Bagi-Bagi Sembako Ke Warga

Satgas tak ingin menciptakan fenomena gunung es atau data yang ditampilkan kepada masyarakat adalah setitik dari kasus yang tak terungkap di lapangan. Karena itulah, DKK tak mengendurkan tracing dari temuan kasus di lapangan.

“Kami justru memperkuat tracing, supaya bisa dikelola dan tidak menular kepada yang lain. Biar tidak menular ke mana-mana. Jangan menciptakan fenomena gunung es, jadi banyak yang terpapar dan parah tapi tidak terungkap,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya