SOLOPOS.COM - Aktivitas pekerja pada pembangunan Taman Bonoloyo di lahan bekas tempat pembuangan sampah (TPS) yang sudah ditutup di Jl. Sumpah Pemuda, Bonoloyo, Banjarsari, Solo, Rabu (8/12/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solo, Arthaty Mulatsih, mengatakan DLH menargetkan hapus semua Tempat Pembuangan Sementara atau TPS sampah pada 2023.

Penghapusan TPS konvensional dilatarbelakangi kondisi wilayah Kota Solo, utamanya warga pemukiman padat yang sering kali protes terhadap keberadaan TPS. Penghapusan TPS konvensional kemudian diganti dengan TPS mobile (menggunakan kendaraan L-300) yang akan mengangkut sampah langsung ke TPA.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pengoperasian TPS mobile itu akan dikoordinasi oleh masing-masing kelurahan. Sehingga nantinya tidak ada penumpukan sampah di TPS yang berada di dekat pemukiman penduduk dan tidak memunculkan protes akibat bau busuk atau penyakit.

Baca Juga: Sanksi Berlaku, Masih Ada Saja Warga Banjarsari Solo Tak Pilah Sampah

Ekspedisi Mudik 2024

Berdasarkan data DLH Kota Solo, hingga 2020 lalu masih ada empat TPS sampah konvensional yaitu Kedungtungkul, Bonoloyo, Norowangsan, dan Sondakan Kuburan. Setelah 2020, hanya tersisa dua TPS di Kota Solo, yaitu TPS Norowangsan di Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan dan TPS Sondakan di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan.

Arthathy mengatakan DLH Solo masih mempunyai tugas penghapusan dua TPS yang masih ada tersebut. “Ada dua yang massih jadi PR kami, Norowangsan sama TPS di daerah Sondakan, Laweyan,” kata Arthaty saat ditemui Solopos.com, Rabu (12/1/2022).

Jadi Taman

DLH menargetkan dua tahun mendatang, seluruh TPS di Kota Solo dihapuskan. Lokasi bekas TPS kemudian dapat diubah menjadi taman dan ruang terbuka hijau (RTH). Proses pengkajian dan perencanaan akan terus dilakukan DLH Solo menuju target penghapusan TPS yang tersisa.

Baca Juga: Warga Banjarsari Solo Tak Pilah Sampah di Rumah, Petugas Siap Menegur

“Kami akan terus lakukan [kajian], nantiny(DLHa jika ada kesempatan mengubah menjadi RTH ya akan kami ubah, misalnya yang terakhir Bonoloyo, sekarang jadi taman” imbuhnya.

Arthaty mengatakan alasan dua TPS sampah tersisa di Kota Solo itu dipertahankan karena volume sampah di daerah tersebut masih cukup besar. Di sisi lain, masyarakat masih mempunyai standar ganda dalam penanganan dan pengelolaan sampah.

Baca Juga: Program Paksa Pilah Sampah di Banjarsari Solo Dimulai, Begini Alurnya

“Memang volume sampah di daerah TPS itu masih cukup besar, masyarakat masih punya standar ganda, di satu sisi mereka ingin lingkungannya bersih, jauh dari TPS, di sisi lain, masyarakat masih inginkan sisi praktis dengan tidak mau rekasa. Itu memang jadi PR kami, pemerintah, dan masyarakat sendiri,” katanya.

Arthanty berharap DLH, pemerintah, masyarakat, dan stakeholders bekerja sama dalam pengelolaan sampah di Kota Solo. “Kami berharap semuanya, DLH, pemerintah, akademisi, rekan-rekan media untuk menanamkan pemahaman kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya