SOLOPOS.COM - Dua orang warga menata paket sayuran ke dalam beronjong dan kemudian dibagikan kepada warga di dua RT yang di-lockdown di wilayah Desa Jetis, Sambirejo, Sragen, Kamis (29/4/2021). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN - Sebanyak dua RT di Desa Jetis, Sambirejo, Sragen, lockdown menyusul adanya klaster Covid-19 layatan. Mereka pun disuplai sayuran oleh warga lainnya secara gotong royong.

Seperti diketahui, sebanyak 17 orang di Desa Jetis terpapar Covid-19 akibat adanya klaster layatan. Sebanyak 13 orang di antaranya berasal dari dua RT yang lockdown tersebut. Sementara empat pasien Covid-19 lainnya berasal dari RT lain. Masih ada 80 orang yang menunggu hasil swab.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca Juga: Jembatan Baru Gembira Loka Zoo Jogja Mulai Beroperasi Hari Ini

Di gapura gerbang RT di Desa Jetis, Sambirejo, Sragen, itu diberi tanda adanya lockdown dengan sejumlah tulisan. Di pintu gerbang itu pula terjadi transaksi jual beli antarwarga. Ketika warga di dukuh itu membutuhkan gas elpiji, maka tabungnya gas tinggal ditaruh di gapura itu kemudian berkomunikasi lewat telepon atau pesan Whatsapp atau dititipkan warga yang kebetulan lewat supaya mengambilnya.

Di rumah pinggiran sungai kecil di tengah dukuh itu terlihat cukup ramai. Rumah itu milik ketua RT setempat, Sularto. Para ibu memakai masker sibuk mengemas aneka sayuran dalam kantong plastik.

Ada 45 paket sayuran yang disiapkan dan kemudian dibagikan kepada 60 keluarga yang tinggal di dua RT itu oleh dua orang sukarelawan. Sayuran itu merupakan bantuan gotong-royong dari warga dukuh lain yang peduli.

Anggaran Untuk Warga

Selain bantuan gotong-royong warga, Pemerintah Desa Jetis juga mengalokasikan anggaran untuk membantu biaya hidup para warga. Sekretaris Desa Jetis, Sigit Darsono, sendiri yang membelanjakan sayuran ke Pasar Bunder Sragen. Rencananya Pemerintah Desa Jetis membantu biaya hidup senilai Rp300.000 per keluarga.

“Bantuan dari dana desa (DD) itu kami berikan dua tahap. Pada tahap I ini diberikan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan warga. Jadi setiap warga diminta mengisi daftar kebutuhan dan keinginan. Jadi saya berbelanja ke Pasar Bunder Sragen itu untuk membelanjakan kebutuhan warga sehari-hari, seperti bawang putih, bawang merah, kopi, berkas, vitamin C, susu kaleng, telur, dan bumbu dapur lainnya,” ujar Sigit saat berbincang dengan wartawan di depan rumah ketua RT setempat, Kamis (29/4/2021).

Aktivitas warga masih biasa. Para warga di dua RT itu dilarang keluar lingkungan RT dan wajib menerapkan protokol kesehatan. Warga di luar dukuh juga dilarang masuk ke dukuh untuk antisipasi persebaran Covid-19. Bidan desa setempat mengenakan hazmat untuk memeriksa salah satu warga yang terpapar Covid-19.

Baca Juga: Australia akan Bangun Kebun Ganja dengan Kapasitas Produksi 500 Ton/Tahun

“Jadi yang sehat bisa membantu menyalurkan logistik bagi yang sakit. Untuk warga yang sakit dikarantina sampai sembuh. Ada 13 orang yang harus karantina. Belasan warga itu berasal dari enam keluarga. Munculnya kasus banyak itu karena ada layatan. Ya, jadi klaster layatan. Semua aktivitas warga di luar dukuh terhenti semua,” ujar Ketua RT setempat, Sularto, saat ditemui Solopos.com, Kamis siang.

Sularto sebenarnya bekerja di pabrik mebel di wilayah Sambungmacan. Demikian pula istrinya Sularto juga menjadi butuh di pabrik benang di Tunjungan, Sambungmacan. “Karena kampung di-lockdown maka kami harus izin tidak bekerja selama dua pekan. Demikian pula istri saya. Bagi yang punya hewan ternak ya paling pergi merumput. Atau pergi ke sawah yang mengamati perkembangan padi mereka,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya