SOLOPOS.COM - Sejumlah pegiat lingkungan berkano di Sungai Bengawan Solo, dekat dermaga di Kampung Beton, Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Minggu (19/9/2021) pagi. (Istimewa/Budi Utomo)

Solopos.com, SOLO — Pencemaran Sungai Bengawan Solo menjadi perhatian berbagai kalangan dalam beberapa waktu terakhir. Terutama setelah Perumda Air Toya Wening atau PDAM Solo terpaksa menghentikan operasional Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Semanggi, Pasar Kliwon, belum lama ini.

IPA dihentikan karena air Bengawan Solo yang hendak diolah tercemar limbah yang diduga dari industri ciu atau etanol di Sukoharjo. Dua orang bahkan sudah ditangkap terkait kasus pembuangan limbah ciu ke Sungai Bengawan Solo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Namun sebenarnya bukan hanya limbah ciu atau industri yang membuat Bengawan Solo tercemar. Pegiat lingkungan kerap menemukan limbah rumah tangga seperti plastik, perabot rumah tangga, bahkan popok bayi saat bersih-bersih Bengawan Solo.

Ketua Forum Jokalibe (Jogo Kali Bengawan) Solo, Budi Utomo, mengakui masih banyak warga yang berperilaku membuang sampah ke sungai. Sampah paling umum yakni plastik dan pakaian, hingga bangkai hewan dan perabot rumah tangga.

Baca Juga: Viral Pria Mirip dengan Didi Kempot, Netizen Langsung Rindu sang Legenda

Ukurannya dari yang mini sampai jumbo. Perabot yang kerap dibuang di antaranya sampah sofa, kasur busa, springbed, hingga televisi tabung. Sampah berukuran jumbo itu diletakkan begitu saja di tepi Sungai Bengawan Solo.

Saat aliran sungai meluap, sampah itu hanyut kemudian tersangkut di tanggul. Ada dua mitos yang dipercaya warga, yakni harus membuang perabot milik orang yang sudah meninggal dan tidak membuang sampah popok sembarangan.

Mitos Popok Bayi

Warga enggan membuang sampah jenis ini ke tempat sampah karena takut popok tersebut akan terbakar. Kalau popok terbakar kan mitosnya pantat bayi yang sebelumnya memakai popok akan muncul semacam benjolan merah yang disebut suleten.

“Kadang diletakkan di tepi sungai sampai menumpuk sampai hancur dan akhirnya terbawa ke sungai. Sampah-sampah besar itu sering saya temukan saat pagi hari,” ungkap kepada Solopos.com di sela kegiatan berburu sampah di Sungai Bengawan Solo bersama sejumlah komunitas lain, Minggu (19/9/2021).

Baca Juga: Perempuan Boyolali Pecah Ketuban saat Hendak Tes SKD CPNS Solo

Pagi itu pegiat lingkungan dan pencinta sungai berburu sampah di tengah aliran Bengawan Solo. Mereka menggunakan kano warna-warni berangkat dari lokasi petilasan dermaga Kampung Beton, Kelurahan Sewu, Jebres.

Sekitar pukul 07.00 WIB, satu per satu kano ditumpangi. Lengkap dengan helm dan rompi pelampung, komunitas berjuluk Solo Bersinergi itu mendayung pelan dari tepian ke tengah-tengah. Mereka mendekati sampah yang ditemukan saat sedang berkano.

Sampah itu kemudian diletakkan di ruang tersisa di bagian depan. Setelah dirasa penuh, mereka kembali ke tepian, menumpuk sampah itu, lalu kembali mendayung, berkano, dan mengumpulkan sampah lagi.

“Tidak sampai siang, kami sudah mengumpulkan 10 kantong besar. Mayoritas sampah popok bayi. Ada yang isinya banyak jadi satu, ada yang sudah terlepas dari plastiknya,” ucap Sabar Gorky, salah satu pegiat lingkungan yang juga anggota Solo Bersinergi, kepada Solopos.com, Minggu siang.

Baca Juga: PPKM Solo Bertahan di Level 3 Meski Jumlah Kasus Covid-19 Jauh Menurun

Melegenda

“Kami ingin mewujudkan Sungai Bengawan Solo yang bersih seperti lagu ciptaan Gesang yang sudah melegenda,” imbuh Sabar.

Sukarelawan PMI Solo itu menyampaikan sampah-sampah tersebut sebagian berasal dari daerah hilir. Dari wujudnya, usia sampah sudah lama atau berhari-hari.

Ia bahkan tak menemukan sampah baru dari perburuannya hari itu. Sekali mendayung, ia bisa mendapat sekitar tiga kilogram sampah. Apabila lebih lama berburu, jumlah sampah yang ditemukan pun bisa lebih banyak.

“Kesadaran untuk tidak membuang sampah di sungai masih rendah. Karena itu, perlu sosialisasi terus menerus. Sampah ini bukan perkara satu-satunya. Sungai Bengawan Solo juga jadi muara limbah apa saja. Industri kecil, menengah, besar, membuang limbah ke sungai. Warna sungai jadi tidak natural, warna-warni,” ungkapnya.

Baca Juga: Hunian Warga di 4 RW Kelurahan Semanggi Solo Mulai Dirobohkan, Ada Apa Ya?

Sabar mengatakan langkah yang dilakukannya bersama Solo Bersinergi merupakan bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Menyingkirkan sampah ke sungai memang mudah, tapi, membersihkan sampah dari sungai bukan perkara gampang.

Ia berharap kegiatan serupa bisa terlaksana kontinu agar makin banyak yang sadar bahwa sungai adalah bagian dari kehidupan. “Kami masih terkendala dana, kegiatan ini kami gelar patungan,” jelas Sabar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya