SOLOPOS.COM - Ilmuwan pembangkit listrik tenaga mikrohidro, Tri Mumpuni, menceritakan pengalamannya dalam membangun fasilitas air bersih di Sragen, pada acara webinar Hari Air Sedunia yang digelar Solopos Media Group (SMG), Kamis (31/3/2022) malam, dengan tema Air untuk Ekonomi Berkelanjutan. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Kebutuhan air bersih menjadi salah satu kebutuhan harian yang penting bagi manusia. Ada beberapa daerah yang harus bersusah payah untuk mendapat air bersih. Dua ilmuwan mengisahkan perjuangan mereka dalam menyediakan air bersih bagi masyarakat di Sragen dan Wonogiri.

Pertama ada ilmuwan pembangkit listrik tenaga mikrohidro, Tri Mumpuni, yang membangun fasilitas air bersih Dusun Gunungsono, Desa Gilirejo, Miri, Sragen, berbasis pendekatan masyarakat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada webinar Hari Air Sedunia yang digelar Solopos Media Group (SMG), Kamis (31/3/2022) malam, dengan tema Air untuk Ekonomi Berkelanjutan, Mumpuni menceritakan pengalamannya itu.

Dia mengatakan melalui pendekatan masyarakat, pembangunan fasilitas air tersebut diharapkan bisa berjalan berkelanjutan, sebab masyarakat turut dilibatkan dan merasa memiliki.

Baca Juga: Meteran Listrik Disambar Petir, Air Bersih Desa Tawangrejo Klaten Macet

Benar saja, sejak awal pembangunan, Mumpuni dan timnya mendapat dukungan dari masyarakat setempat. Bahkan kalangan ibu-ibu pun turut turun tangan dalam proses pemasangan pipa an sebagainya.

Menurutnya cara dengan pendekatan masyatakat ini jauh lebih sustainable, dibandingkan jika fasilitas itu dibangunkan pemerintah.

“Banyak sekali program APBN. Bisa tidak berkesinambungan sebab pembangunan dilakukan kontraktor sehingga rakyat merasa tidak terlibat. Jadi kalau rusak ya sudah lah, nanti nunggu pemerintah datang lagi. Mestinya tidak bisa begitu. Ini sudah ada niat baik pemerintah, rakyat harus ikut bertanggung jawab,” ujar dia.

“Program ini dilakukan seperti menanam bibit. Orang desa punya motifasi, percaya diri, mampu mengefaluasi dirinya sendiri, memiliki pengalaman positif, ada kemandirian dan kreativitas. Jadi program yang masuk, orientasinya harus benar. Formulasinya juga harus realistis serta secara orgaisasi ada kapasitas. Kalau tidak ada koperasi kita buat koperasi,” lanjut dia.

Program pembangunan fasilitas air tersebut dimulai dengan pemetaan. Hal itu untuk mengetahui potensi wilayah. Komunikasi dengan warga juga terus dilakukan. Dia berharap ketika fasilitas itu selesai dibangun, nantinya dapat dikelola oleh warga.

Baca Juga: Meskipun Sudah Hujan, Wilayah di Sragen Ini Masih Krisis Air Bersih

Untuk itu harus ada organisasi yang nantinya bisa mengoperasikan dan merawat serta narik iuran dari rakyat. Secara teknologi juga harus dapat diterapkan masyarakat. Kemudian warga yang memperoleh manfaat harus membayar.

“Saya tidak setuju kalau rakyat digratiskan. Walaupun nantinya tetap ada pola subsidi silang dan sebagainya. Hal ini ditujukan agar program yang terlaksana dapat berjalan berkesinambungan,” kata dia.

Setelah semua warga sepakat, selanjutnya mulai dijalankan teknis dan perencanaan. Pada Oktober 2018, pembangunan fasilitas dengan mengutamakan gotong-royong dann pembentukan kelompok pengelola melalui musyawarah dilakukan.

Engineer kami mulai turun, tapi warga tetap dilibatkan. Dari BBWSBS juga hadir menyaksikan. Pemasangan pipa semua terlibat, bahkan kalangan ibu-ibu juga ikut mencangkul. Apapun kontribusi mereka, namun mereka merasa itu proyek mereka dan untuk mereka. Pengecoran bak air juga semua terlibat,” jelas dia.

Proses konstruksi dan pembentukan kelompk selesai pada Januari 2020. Kemudian pada Februari 2020, operasional dan maintenance sudah dapat dilakukan hingga sekarang.

Dari pembangunan fasilitas air tersebut, saat ini masyarakat setempat sudah dapat memanfaatkan air dari Waduk Kedungombo yang sudah diolah menjadi air bersih.

Baca Juga: 1.556 Keluarga di 4 Kecamatan di Sragen Krisis Air Bersih

“Kami menggunakan surya panel 27,75 kW. Kecil, tapi cukup untuk mengelola air. Kemudian ada pengelolaan dari air waduk menjadi air bersih,” jelas dia.

Sebelumnya, warga harus mengambil air dari waduk, dengan kondisi air yang belum diolah. Atau menunggu ada penyaluran air menggunakan kendaraan tangki.

Melas kalau orang Jawa bilang. Tapi mereka kan juga Indonesia, dan ini di Jawa Tengah lo, bukan di Sumba atau pulau lain.

Eksplorasi Sumber Air di Gua

Perjuangan yang tidak kalah menarik, dilakukan oleh tim eksplorasi air di gua di Gendayakan Wonogiri. Dosen Institut Teknologi Nasional Yogyakarta (ITNY), yang juga ketua tim tersebut, Sulaiman Tampubolon, mengatakan pada daerah yang menjadi lokasi eksplorasi, sebenarnya juga terdapat pipa PDAM.

“Mungkin sekitar 6 inci besarnya. Saya tanya ke warga, itu ada pipa masak tidak airnya? Merika bilang tidak ada. Mereka bilang itu pipa PDAM. Sumber airnya tidak ada. Ini cukup menarik,” kata dia dalam acara tersebut.

Kemudian setelah tim melakukan eksplorasi di gua yang ada di Desa Gendayakan, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri itu sampai kedalaman sekitar 200 meter, ternyata ditemukan potensi air yang melimpah.



Baca Juga: Sempat Viral, Begini Wujud Wisata Air Terjun Melati di Wonogiri

Bahkan dia menyebut kualitas air dari sisi bau, warna dan sebagainya cukup baik. “Hanya yang tidak normal itu adalah bakteri e.Coli saja sampai 1.000. Saat itu kami komunikasikan dengan pihak Djarum [Fondation] dan yang lain, termasuk kepala desa, akhirnya air tetap dikeluarkan tapi tidak boleh diminum mentah, harus dimasak,” jelas dia.

Dia mengatakan eksplorasi dilakukan sekitar tiga bulan. Proses berjalan cukup singkat karena dia membalik pola manajemen proyek itu. Dalam melakukan kegiatannya dia tidak mengawali dengan sosialisasi, namun langsung melakukan proses konstruksi.

Meskipun dalam melakukan eksplorasi, dia mengaku butuh proses yang tidak mudah. Selain lokasi yang jarang dijamah warga, untuk masuk ke gua juga butuh perjungan. “Gua yang kami eksplor itu gua vertikal. Butuh skill khusus untuk menuruninya. Untuk itu kami juga dibantu oleh komunitas pecinta alam,” jelas dia.

Dia sempat terkejut dengan kondisi di dalam gua. Sebab di dalam gua itu dia menemukan air yang sangat melimpah dengan kondisi jernih. Bahkan kondisi air yang sangat jernih itu, membuatnya tidak terlihat.

“Saya ikut masuk ke dalam kedalamaan sekitar 200 meter itu. Ada hal-hal aneh. Misalnya, bayangan kami air akan turun ke selatan karena pantai ada di selatan, tapi justru mengalir ke utara. Kemudian kondisi air di dalam, sangat baik. Saking bagusnya air itu, kami kaget karena kami kira airnya hilang, saking jernihnya. Ternyata ketika kami masuk lagi, ternayata airnya masih ada,” kata dia.

Dia mengatakan potensi air yang ditemukan di dalam gua ada tiga sumber air. Namun saat itu yang bisa diukur hanya air jatuh. Sebab menurutnya untuk mengukur air mengalir sangat sulit dilakukan di dalam gua.

Baca Juga: Elevasi 184 Mdpl, Air Tampungan Waduk Pidekso Wonogiri Hampir Penuh

“Itu ketemunya 2 liter per detik. Namun saat ini yang saya angkat ke luar hanya 0,8 liter per detik, jadi belum sampai 50%. Itu saat puncak kemarau, di 2019 bulan Oktober,” jelas dia.

Setelah air bisa terangkat, selanjutnya dilakukan pemberdayaan masyarakat. Dia pun mengaku beruntung kegitan itu didampingi oleh Djarum Fondation, yang menurutnya sangat pengalaman dalam melakukan pendekatan dengan masyarakat, menjalankan manajemen dan sebagainya.

Sulaiman menilai lokasi itu pun juga layak dijadikan laboratorium alam. Sebab lokasi tersebut berada di wilayah yang memiliki kondisi lingkungan bagus, dengan oksigen yang baik.

“Gayung bersambut tahun ini dengan Djarum Fondation dan kepala desa, kami membangun lift untuk kedalaman 120 meter. Fungsi lift untuk perawatan sebenarnya. Di daerah pinggir juga dibuat penguatan untuk melindungi kalau ada longsor dan sebagainya,” jelas dia.

Dengan begitu lokasi tersebut juga bisa menjadi wisata teknologi. Meski tidak megah, namun apa yang ada di lokasi itu kasuistik. “Teknologi yang digunakan tidak canggih sekali, namun tepat guna,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya