SOLOPOS.COM - Ilustrasi kegiatan PSHT Pusat Madiun (Istimewa/Pemkot Madiun)

Solopos.com, SRAGEN — Ribuan anggota Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Sragen Parluh 16 diimbau menanggalkan atribut, baik itu seragam atau bendera perguruan silat, saat pergi ke luar rumah. Imbauan itu diutarakan setelah ada dua warga PSHT yang dikeroyok di Sragen.

Penegasan itu disampaikan Ketua PSHT Sragen Parluh 16, Surtono. Langkah itu diambil pria 67 tahun itu menyikapi kasus penganiayaan terhadap dua anggotanya di Desa Pilangsari, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Senin (28/9/2020) malam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Surtono menjelaskan imbaun untuk menanggalkan atribut perguruan itu disampaikan kepada anggota melalui video broadcast. Kepada warga PSHT Parluh 16, Surtono meminta atribut perguruan untuk sementara hanya boleh dipakai saat acara penting atau latihan.

Pulang Latihan, 2 Anggota PSHT Dikeroyok di Sragen & 1 Ponsel Dirampas

Setelah itu, atribut itu harus ditanggalkan saat bepergian keluar rumah baik itu pada siang atau malam hari.

"Pakailah atribut itu saat diperlukan atau saat ada acara penting atau saat latihan. Kalau keluar rumah, lebih-lebih pada malam hari, tidak usah pakai atribut. Kami khawatir pemakaian atribut itu bisa memancing masalah," ujar Surtono kepada Solopos.com, Rabu (30/9/2020).

Surtono mengakui motif di balil dua warga PSHT Sragen dikeroyok masih belum jelas motifnya. Dia menilai ada pihak yang berusaha membenturkan PSHT dengan ormas lain supaya konflik horizontal bisa pecah di Sragen.

Padahal, saat ini PSHT Sragen Parluh 16 tetap berusaha menjaga situasi lingkungan masyarakat tetap kondusif mengingat tak lama lagi akan digelar pesta demokrasi yakni Pilkada Sragen 2020 pada Desember mendatang.

Inilah Gua Petilasan Pangeran Mangkubumi di Sragen, Bisa Muat Warga Satu Kampung!

"Selain tidak memakai atribut saat keluar rumah, saya juga meminta adik-adik saya untuk menghindari kerumunan. Jangan mengumpulkan banyak orang sesama anggota PSHT karena itu bisa memancing masalah. Lebih-lebih sekarang dalam situasi pandemi Covid-19," terang Surtono.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Sragen, AKP Guruh Bagus Eddy Suryana, masih terus berusaha mengungkap kasus penganiayaan terhadap dua warga PSHT parluh 16 tersebut. Berbekal keterangan korban dan sejumlah saksi, polisi optimistis bisa mengungkap siapa yang bertanggung jawab di balik kasus pengeroyokan dua warga PSHT itu.

"Ada petunjuk untuk mengungkap para pelaku. Tapi, saya belum bisa mengungkap apa petunjuk itu karena sekarang masih dalam penyelidikan," jelas Guruh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya