SOLOPOS.COM - Ilustrasi Kekeringan (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Ribuan jiwa di 17 desa di Kabupaten Sukoharjo berpotensi mengalami krisis air bersih selama musim kemarau ini.

Diperkirakan puncak musim kemarau di Sukoharjo terjadi pada Agustus-September mendatang.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ketujuh belas desa rawan kekeringan hingga krisis air bersih meliputi di Kecamatan Tawangsari ada Desa Watubonang, Pundungrejo; Kecamatan Weru yakni Desa Jatingarang, Alasombo, Karangmojo, Ngreco, Tawang, Karakan, Karangwuni, Karangtengah, Krajan, Weru, Karanganyar, Tegalsari; serta Kecamatan Bulu yaitu Desa Kunden, Kamal, Puron.

83 Persen Kasus Baru Positif Covid-19 Di Sukoharjo Tanpa Disertai Gejala

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo, Sri Maryanto, mengatakan puncak musim kemarau mundur dari perkiraan sebelumnya terjadi pada Mei lalu.

Hingga kini di beberapa wilayah di Sukoharjo masih terjadi hujan, meski telah memasuki musim kemarau.

"Musimnya sekarang masih dalam tahap peralihan. Dari perkiraan puncak kemarau Mei, ternyata mundur diperkirakan Agustus atau September nanti," kata dia saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (22/7/2020).

21.000 Benih Bawang Merah Dan 60.000 Ikan Nila Disebar Di Sukoharjo, Kapan Panen?

Berbeda saat musim kemarau tahun lalu, dia mengatakan warga di daerah rawan kekeringan mulai mengajukan permintaan dropping air bersih sejak di bulan Juni.

Namun sampai saat ini, BPBD belum menerima permohonan pengajuan bantuan air bersih. Menurutnya sumber-sumber air warga di daerah rawan kekeringan masih ada sehingga belum kekurangan air bersih.

"Tapi kami waspadai krisis air bersih. Semoga saja tidak sama seperti tahun lalu. Musim kemaraunya sangat panjang," katanya.

Harta Kekayaan Cawabup Sukoharjo Agus Santosa: Ada Motor Kawasaki Senilai Rp105 Juta

Berbagai upaya terus dilakukan Pemkab guna mengantisipasi dan mengatasi krisis air bersih. Salah satunya menyalurkan bantuan air bersih ke daerah merah zona rawan kekeringan.

Koordinasi terus dilakukan BPBD dengan melibatkan pemerintah kecamatan, pemerintah desa dan pengurus RT/RW di daerah rawan kekeringan.

Perkembangan Stok Air

Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan stok air yang dimiliki warga di daerah rawan kekeringan.

“Beberapa wilayah dipetakan menjadi langganan kekeringan karena berapa di daerah tinggi atau perbukitan, seperti Bulu, Weru dan Tawangsari. Saat puncak musim kemarau, warga kesulitan mencari air bersih di wilayahnya masing-masing,” katanya.

Mengharukan, Kakek Linglung di Sukoharjo Bertemu Anak Setelah 15 Jam Hilang

Sebab sumber air seperti sungai dan bendungan mengering. Mereka mengandalkan pasokan air bersih yang disumbang para donator atau Pemkab Sukoharjo.

Camat Tawangsari Joko Windarto mengatakan daerah rawan kekeringan di wilayahnya berada di sisi selatan atau berbatasan dengan Kecamatan Weru dan Bulu.

Daerah terdampak kekeringan tersebut berada di perbukitan yang merupakan daerah padas. Dengan desa rawan kekeringan yaitu Desa Pundungrejo dan Desa Watubonang.

"Kami sudah mengimbau warga untuk mengajukan bantuan air bersih jika sudah mengalami krisis air. Dengan begitu bisa segera dilakukan dropping air bersih," katanya.

Dulu Memprihatinkan, Gedung Arpusda Sukoharjo Kini Makin Cantik

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya