SOLOPOS.COM - Ilustrasi demam berdarah. (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, DEMAK — Kasus demam berdarah dengue atau DBD di Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng), mengalami kenaikan yang cukup siginifikan pada tahun ini. Sepanjang 2022 ini, sudah 140 kasus DBD yang terjadi di Demak, di mana satu di antaranya meninggal dunia.

Jumlah ini lebih tinggi dibanding kasus DBD pada tahun 2021 lalu, di mana hanya tercatat 67 kasus dengan tingkat kematian nol.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kalau tahun lalu, kasusnya malah tidak sebanyak sekarang. Kalau sekarang, dari Januari sampai Juli sudah ada 140 kasus dan satu meninggal. Kalau bulan Juni kemarin, ada 19 yang terkomfirmasi,” kata Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Demak, Heri, Jumat (15/7/2022) malam.

Bila merujuk pada data kasus DBD di Demak sepanjang 2014 hingga 2022, kasus terbanyak terjadi pada 2015, yakni dengan 109 kasus dengan 25 orang meninggal dunia.

“Kalau ditarik sebelum pandemi, pada 2019 ada 168 kasus dengan 2 meninggal. Kemudian, pada 2020 ada 107 dengan nol meninggal,” beber dia.

Baca juga: Catat! Flyover Ganevo Dipasang Grider, Jalan Semarang-Purwodadi Ditutup

Terkait sebaran kasus DBD di wilayah Demak, Heru menyebut merata di tiap kecamatan. Namun, temuan terbanyak ada di Kecamatan Mranggen dan Kecamatan Wedung.

“Hampir merata diseluruh kecamatan ada. Cuma terbanyak ada si Mranggen kasusnya, itu (Mranggen) kan ada tiga pukesmas dan penduduknya padat,” pungkas dia.

Dengan kondisi ini, Heri meminta warga mewaspadai potensi penyebaran DBD. Sebab, saat ini dalam kondisi sering terjadi hujan yang akan meninggalkan kubangan atau genangan air yang menjadi tempat potensial berkembang biak nyamuk aedes aegypti.

“Karena situasi seperti itu (sering hujan), cocok untuk berkembang biak nyamuk. Harapkan kembali menggalakan pemberantasan sarang nyamuk, jadi terutama menjaga kebersihan,” pinta dia.

Baca juga: 1 Warga Terserang DBD, Relawan Lakukan Fogging di Kepatihan Kulon Solo

Pemberantasan tersebut, yaitu dengan melakukan 3 M atau mengurus, menutup dan mendangur ulang. Kegiatan tersebut, dihimbau dapat dilakukan secara berkala minimal satu pekan sekali.

“Kenapa begitu, karena siklus perkembangan nyamuk dari bertelur hingga dewasa itu sekitar 10 sampai 14 hari. Jadi kalau satu Minggu sekali bisa digalakan, bisa memutus DBD tadi,” tutup dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya