SOLOPOS.COM - Ipuk Tri Rahati, staf di Rumah Singgah Rehabsos Sehat Panguripan Sragen menunjukkan sejumlah obat yang wajib dikonsumsi oleh ODHA, Senin (2/11/2020). (Solopos.com/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, KARANGANYAR — Sebanyak 119 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Karanganyar berhenti menjalani pengobatan (loss to follow up). Sementara itu, jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS usia 15-19 tahun di Karanganyar sejak tahun 2000 sebanyak 77 orang.

Kasi P2P Dinas Kesehatan (Dinkes) Karanganyar, Winarno, mengatakan sebagian besar ODHA yang berhenti pengobatan ini didominasi kaum muda. “Ada 119 pengidap berhenti pengobatan atau loss to follow up. Jadi kami harus menemukan sebanyak-banyaknya. Yang sulit ditemukan adalah kalangan muda karena mereka biasanya bekerja atau merantau ke daerah lain. Padahal kalau pengobatannya belum tuntas ini kan sangat berisiko menularkan kepada orang lain,” ujarnya saat ditemui di pendapa rumah dinas Bupati Karanganyar, Senin (6/12/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ia mengakui bahwa pada masa pandemi Covid-19, pencarian atau temuan pasif HIV/AIDS sangat minim karena adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). “Dulu sebelum pandemi, temuan pasif sebenarnya cukup banyak ketika mereka mengeluh sakit di puskesmas atau di rumah sakit. Tetapi karena pandemi Covid-19, maka kunjungan mereka ke puskesmas juga berkurang, sehingga temuan pasif juga berkurang,” imbuhnya.

Baca Juga: Kasus Covid-19 pada Ibu Hamil di Karanganyar Tinggi

Pihaknya berharap pada 2022 pandemi Covid-19 sudah jauh membaik sehingga penemuan atau kunjungan kepada ODHA dapat kembali normal.

Sementara itu, berdasarkan data Dinkes Karanganyar jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS usia 15-19 tahun di Karanganyar sejak 2000 sebanyak 77 orang. Sedangkan jumlah paling tinggi penderita HIV/AIDS ada pada usia 25-49 tahun yakni sebanyak 434 orang, disusul kelompok usia 20-24 tahun dengan 186 orang. Kemudian kelompok usia di atas 50 tahun 158 orang. Kelompok usia di bawah 4 tahun 17 orang dan kelompok usia 5-14 tahun sebanyak 7 orang.

Einarno mengatakan ODHA pada usia anak-anak bisa terjadi karena penularan dari ibunya. Sedangkan pada remaja, bisa terjadi karena penularan dari ibu atau karena melakukan perilaku berisiko, misalnya hubungan seks, penggunaan jarum suntik untuk tato atau narkoba.

Baca Juga: Bupati Karanganyar: Anak Down Syndrome Pasti Punya Kelebihan Luar Biasa

Sementara itu, Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Karanganyar, Jatmiko mengatakan pihaknya kerap menggelar sosialisasi kepada pemerintah kecamatan yang diteruskan ke PKK dan pengurus desa. Ini untuk meningkatkan pengetahuan tentang bahaya HIV/AIDS dan pencegahannya.

“Kami dari KPA tetap waspada. Bagaimana pun virus sulit dicegah, kami tetap adakan sosialisasi, kami lakukan ke kecamatan-kecamatan dengan sasaran PKK desa, perwakilan pengurus desa. Saat ini tinggal dua atau tiga kecamatan dan insya Allah tahun ini selesai. Ini akan ditindaklanjuti mereka dengan mengadakan sosialisasi di tingkat desa, bekerja sama dengan tingkat puskesmas,” ujar Jatmiko

Di antara materi sosialisasi adalah menghilangkan stigma buruk terhadap ODHA. Stigma buruk ini dapat memunculkan penolakan masyarakat bahkan pada saat ODHA meninggal dan akan dimakamkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya