SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta – Tidak hanya doyan mengkonsumsi video seks lewat internet, masyarakat Indonesia pun punya kebiasaan buruk merekam aktivitas seks mereka lewat kamera. Sedikitnya 800 video porno mini dihasilkan selama 10 tahun terakhir.

“800 Video itu baru yang terlacak atau yang ramai diberitakan di media massa. Di luar itu jumlahnya mungkin ribuan,” ujar Ketua Gerakan Jangan Bugil Depan Kamera, Peri Umar Farouk, Selasa (15/6) malam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Peri menjelaskan rata-rata video tersebut berdurasi pendek. Seringnya direkam hanya dengan menggunakan ponsel berkamera. Pemerannya pun beragam, mulai dari anak sekolah, mahasiswa hingga pegawai. Tidak hanya di kota besar, di pelosok pun kasusnya sama.

Ekspedisi Mudik 2024

“Bayangkan jika di Indonesia ada 200 kabupaten atau kota, maka jika dirata-ratakan, setiap kabupaten dan kota menyumbang 4 video porno,” terangnya.

Hal ini juga yang mendorong munculnya gerakan “Jangan Bugil Depan Kamera”. Gerakan sifatnya jaringan relawan. Mereka mengkampanyekan jangan mau bugil atau merekam adegan seks di depan kamera.

“Dulu setelah ramai-ramai video Yahya Zaini dan Maria Eva itu kita miris. Ada ratusan video porno tapi tidak ada yang concern mengenai masalah ini,” ujar Peri yang merintis gerakan ini sejak 29 Mei 2007.

Peri dan rekan-rekannya pun bergerak. Kini mereka aktif menjadi nara sumber untuk sekolah, perkumpulan dharma wanita dan maupun diskusi-diskusi soal pornografi.

“Jangan membuat materi porno baru, jangan menjadi penyebar, kalau sudah memiliki materi pornografi segera hapus. Jangan sampai menyesal setelah tersebar di internet,” pesannya.

dtc/tya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya