SOLOPOS.COM - Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I [Raden Mas Said]

Solopos.com, SOLO — Ulasan tentang wasiat Raden Mas Said melalui Tri Dharma Mangkunegaran menjadi berita terpopuler di Solopos.com, Jumat (4/3/2022).

Mangkunegaran sebagai kadipaten yang pada zaman dulu menjadi wilayah istimewa di bawah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Berdasarkan catatan sejarah, Praja Mangkunegaran diperoleh melalui perjuangan Raden Mas Said yang dikenal dengan julukan Pangeran Sambernyawa.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kisah perjuangan itu tercatat dalam Babad Panambangan. Kala itu, Raden Mas Said yang kemudian menjadi penguasa pertama Pura Mangkunegaran sangat gigih berjuang melawan pemerintahan Belanda. Praja Mangkunegaran lahir setelah penandatanganan Perjanjian Salatiga antara Raden Mas Said, Sunan Pakubuwana II, Kesultanan Jogja, dan pihak Belanda.

Baca Juga : Menjelajahi Tempat Terbaik di Pulau Jawa dengan Bus

Raden Mas Said pun naik takhta sebagai penguasa Mangkunegaran yang bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunagoro I. Pada masa kepemimpinannya membangun budaya politik baru yang memadukan budaya Mataram dan pengalamannya bergerilya selama 24 tahun.

Dalam budaya politik Mataram, negara menyatu dengan raja. Dalam budaya Mataram, raja adalah Khalifatullah yang dapat disejajarkan dengan wakil Tuhan di dunia. Sebagai wakil Tuhan, sang penguasa memiliki jarak sosial dengan rakyat.

Sementara itu dilansir dari situs resmi Pura Mangkunegaran, Kamis (3/3/2022), dalam budaya politik Mangkunegaran, keberadaan penguasa terjadi karena rakyat sehingga raja dan rakyat mesti bersatu. Sebagaimana pengalaman Raden Mas Said melawan penjajah belanda bersama 18 pengikut setianya.

Baca Juga : Kembali Beroperasi Usai Nyepi, Kendaraan Antre di Pelabuhan Ketapang

Tri Dharma Mangkunegaran

Budaya politik yang dikembangkan Raden Mas Said adalah Tri Dharma atau tiga kebaktian. Tri Dharma itu meliputi, mulat sarira hangrasawani, rumangsa melu handarbeni, dan melu hangrungkebi.

Mulat sasrira hangrasawani merupakan candrasengkala tahun pendirian Mangkunegaran yaitu 1682 Saka atau 1757 Masehi. Mulat sarira artinya memahami diri sendiri dengan cara introspeksi diri agar mampu mengatasi berbagai hambatan yang menghalangi perbaikan pribadi.

Mulat sarira bukan hanya sebagai semboyan, tetapi juga menjadi pedoman utama bagi rakyat saat mendirikan Praja Mangkunegaran.

Baca Juga : Cocok untuk Semua Kalangan, Ini Tips Investasi Emas Bagi Pemula

Selanjutnya rumangsa melu handarbeni. Semboyan ini disampaikan Raden Mas Said setelah dinobatkan menjadi Mangkunegara I. Prinsip ini disampaikan Mangkunegara I kepada para pengikutnya untuk diteruskan kepada keturunan dan rakyat di tlatah Mangkunegaran.

Melalui cara ini, Mangkunegara I berupaya menyadarkan para pengikut dan rakyatnya bahwa Mangkunegaran adalah milik bersama sebagai tempat memperoleh sumber kehidupan dari tanah di tlatah Mangkunegaran.

Ketiga yaitu melu hangrungkebi. Dalam ajaran ini antara raja dengan rakyat bersama-sama berkewajiban mempertahankan Praja Mangkunegaran. Telah ada kesepakatan untuk merasa memiliki yang dilandasi pada pemikiran di masa perjuangan. Semua rakyat Mangkunegaran wajib berjuang mempertahankan Praja Mangkunegaran jika diserang musuh.

Baca Juga : Solopos Hari Ini: Tugas Para Penerus

Azas ketiga ini merupakan embrio lahirnya nasionalisme di Nusantara. Budaya politik Tri Dharma merupakan penjabaran dari semboyan perjuangan Mangkunegara I yang dikenal dengan tiji tibeh, mati siji mati kabeh, mukti siji mukti kabeh.

Semboyan ini memiliki makna bahwa Raden Mas Said dan pengikutnya akan saling bekerja sama membangun kesetiaan untuk berjuang mencapai kemenangan, hasilnya Praja Mangkunegaran sebagai rumah bersama.

Selain ulasan tentang wasiat Raden Mas Said, ulasan lain tentang dugaan penyimpangan soal ujian di Kalten, Lodji Papak di Juwangi Boyolali, kata pecinta sejarah Solo soal Bhre, jelajah istana megah di Solo, toleransi beragama di Jati Sragen, teroris Papua bantai 8 pekerja di Puncak, nasib 4.000 TKPK Solo, foto Angelina Sondakh keluar lapas, hingga latihan Tari Bedhaya Anglir Mendung menjadi berita terpopuler di Solopos.com.

Baca Juga : Jelang Akhir Pekan! Cek Harga Emas Pegadaian, Jumat 4 Maret 2022

Berikut 10 berita terpopuler di Solopos.com selama 24 jam hingga Jumat (4/3/2022):

Wasiat Raden Mas Said, Ini Tri Dharma Penguasa Mangkunegaran

Dugaan Penyimpangan Pencetakan Soal Ujian di Klaten, 10 Kasek Diperiksa

Inilah Lodji Papak, Rumah Kuno Peninggalan Belanda di Juwangi Boyolali



Pencinta Sejarah Solo Yakin Bhre akan Bawa Renaissance di Mangkunegaran

Jelajah Pura Mangkunegaran, Istana Megah di Kota Solo

Dekat Pura, Musala di Jati Sragen Tak Kumandangkan Azan saat Nyepi

Kejam, Teroris Papua Bantai 8 Pekerja BTS di Kabupaten Puncak

Honorer Dihapus, 4.000 TKPK Solo Diusulkan Diangkat Jadi ASN Jalur PPPK

Foto-Foto Angelina Sondakh Keluar Lapas Jalani Cuti Menjelang Bebas

Latihan Tari Bedhaya Anglir Mendung, Persiapan Jumenengan KGPAA MN X

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya