SOLOPOS.COM - Kelompok Wanita Tani (KWT) memanen di lahan nonproduktif milik Pemerintah Desa Pondok, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, yang disulap untuk membuat lumbung sayur, Kamis (29/9/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri).

Solopos.com, SUKOHARJO — Lahan nonproduktif milik Pemerintah Desa Pondok, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, disulap menjadi lumbung sayur.

Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi rumah tangga warga setempat. Menyusul adanya program dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang mengharuskan desa membuat program ketahanan pangan yang bersunber dari dana desa.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Sekretaris Desa Pondok, Santosa, mengatakan lumbung sayur ini menggunakan lahan kosong dengan luas lahan tanam sejumlah 1.000 meter.

“Kalau total lahannya 2.000 meter tapi untuk lahan yang kami tanami luasnya paling hanya 1.000 meter. Hasilnya bisa dimanfaatkan oleh semua masyarakat Desa Pondok,” katanya saat ditemui di lokasi lumbung sayur, Kamis (29/9/2022).

Ekspedisi Mudik 2024

Pengolahan lahan itu dimulai dari nol mulai dari tahap pengerukan hingga pembuatan desain tanam bahkan hingga ke pembibitan. Pengelolaan dan perawatan lahan itu diserahkan ke Kelompok Wanita Tani (KWT) setempat.

Baca juga: OPTIMALISASI LAHAN : Sawah Sering Banjir Diubah Jadi Tambak Ikan

Ada pun jenis sayuran yang ditanam yakni tomat, terong, pare, gambas atau oyong, lombok hijau besar, kacang panjang, bayam, sawi dan kangkung.

“Baru dua bulan berjalan, mereka sudah memanen bayam, sawi dan kangkung. Hasil panenan pertama ini dibagikan kepada warga Desa Pondok,” terang Santosa.

Sementara itu, Kasi Kesejahteraan desa setempat sekaligus pelaksana kegiatan, Wahyudi mengatakan anggaran pembuatan lumbung sayur itu membutuhkan Rp166 juta dari dana desa.

“Anggaran membuat ini [lumbung sayur] habis sekitar Rp166 juta, semua dari nol [pengerukan lahan] anggaran itu diambil dari dana desa,” terang Wahyudi saat meninjau panen hari itu.

Meskipun telah panen sekali namun dia mengaku masih menemukan kendala mengingat lahan yang digunakan baru kali pertama ditanami bahkan semula tidak produktif.

Baca juga: Dulu Angker, Lahan Kas Desa di Klaten Ini Disulap Jadi Rumah Hidroponik

“Karena ini tanah baru jadi susah, susahnya air turun ke bawah terus langsung meresap. Beda kalau dari awal tanah produktif kami lebih mudah,” ungkapnya.

Disinggung perihal hasil panen pertama pihaknya mengatakan belum mengetahui jumlah pasti hasil tanam itu. Mengingat pada panen pertama hasil itu langsung dibagikan ke warga.

Sedangkan hasil panen berikutnya rencananya akan dijual ke warga di bawah harga pasaran. Ke depan dia berencana jika panen itu terus bisa dilakukan, Pemdes akan membuat semacam gazebo di lahan yang masih belum digunakan.

Sehingga KWT dapat memanfaatkan hasil panen dengan membuat masakan dan dijual dengan harga yang lebih tinggi. Dalam lokasi lumbung sayur itu beberapa anggota KWT sedang memanen sayur di antaranya kangkung, kacang panjang, pare hingga gambas.

Baca juga: Mandiri Pangan Bikin Pengeluaran Emak-Emak di Sendangijo Wonogiri Jadi Irit

Sedangkan untuk pohon cabai hijau banyak daun yang menggulung akibat cuaca yang terlalu panas. Sementara untuk beberapa pohon terong dan tomat belum bisa dipetik hasilnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya