SOLOPOS.COM - Pemain dan sutradara Dua Hati Biru saat melakukan cinema visit di The Park Mall, Jumat (19/4/2024). (Fanisa Tasya Nabilla)

Solopos.com, SUKOHARJO – Kesuksesan sebuah film sering kali membuat penonton menantikan sekuelnya. Atau paling tidak mendorong sang sutradara membuat film lanjutan dengan harapan mengikuti kesuksesan film sebelumnya.

Film sekuel juga selalu mendapat ekspektasi tinggi dari penonton. Begitu pula dengan film remaja berjudul Dua Hati Biru yang merupakan lanjutan dari film Dua Garis Biru yang sukses menghibur penonton di masanya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Karya garapan Gina S. Noer dan Dinna Jasanti ini menyuguhkan tontonan dengan isu yang kerap dialami pasangan suami istri (pasutri) muda. Mulai dari rumitnya mengasuh anak, terbentur masalah finansial, ego pasangan yang tak bisa diredam, hingga mertua yang selalu ikut campur.

Pada cinema visit di The Park Mall, Solo baru, Sukoharjo, Jumat (19/4/2024), salah satu aktor film Dua Hati Biru, Keanu Angelo, mengatakan banyak penonton yang menilai film ini cukup berhubungan dengan isu-isu yang sering terjadi di tengah masyarakat dan dekat dengan kehidupan nyata.

Hal ini dibeberkan oleh Gina S. Noer dalam acara press conference setelah cinema visit dilakukan. Gina mengaku masalah yang diangkat berdasarkan kisah nyata dari pengalaman pribadi, orang lain, psikolog, dan pengetahuan dari membaca buku.

“Sebagai orang yang sudah menikah 18 tahun, melewati naik turunnya rumah tangga, berantemnya, sayang-sayangnya, film ini juga menjadi sebuah refleksi diri. Kami juga datang ke gang-gang untuk mengikuti workshop, dari situ kita tahu ada bermacam masalah. Misalnya ada seorang ibu yang sering marah dan mengikat anaknya pakai selang, itu kan contoh dari tidak bisa meregulasi sebuah emosi,” ujarnya.

Wanita kelahiran 24 Agustus 1985 ini juga bertanya kepada para psikolog mengenai perbedaan pasutri yang married by accident (MBA) dengan pasangan yang menikah melalui proses yang normal. Misalnya komunikasi, ego, regulasi emosi, hingga mental yang cukup untuk merawat anaknya.

“Karena kesiapan orang di usia 21 tahun pasti akan berbeda dengan 31 tahun. Apalagi di umur Dara dan Bima otaknya belum terbentuk sempurna,” lanjutnya.

Dengan semua bekal itu, Gina ingin menunjukkan bahwa ketidaksempurnaan keluarga itu memang benar adanya dan keluarga tidak harus selamanya bersatu karena keluarga banyak bentuknya.

Kunci dari adanya kolaborasi dalam sebuah film sama dengan prakteknya dalam sebuah keluarga yaitu sering minta maaf dan selalu ada komunikasi yang baik.

“Adegan favorit saya ketika Bima dan Adam lagi main bola di rooftop, lalu Bima denger omongan ‘kapan sih orang tua minta maaf sama anaknya’, menurut saya itu sangat-sangat menyentuh karena dengan spontan saya ingat ‘kapan ya terakhir orang tua saya minta maaf ke saya’ kemudian saya berefleksi sebagai orang tua yang pasti banyak salahnya juga,” ujarnya.

Angga Yunanda, pemeran Bima, juga menuturkan bahwa sebagai keluarga harus sama-sama belajar menjadi versi diri sendiri yang terbaik dan jangan pernah berkecil hati untuk berusaha.

“Kita enggak bisa egois mikirin diri sendiri aja, karena kita berbagi hidup bersama istri, anak, dan keluarga besar. Apalagi untuk Bima yang agak unik karena mempunyai anak di usia muda dengan ketidakstabilan mental dan finansial yang jauh dari keluarga Dara,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya