News
Kamis, 22 Maret 2018 - 21:30 WIB

Facebook & Zuckerberg Minta Maaf, Partai Demokrat AS Tak Puas

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mark Elliot Zuckerberg. (Express.co.uk)

Meski Facebook dan Mark Zuckerberg meminta maaf, Partai Demokrat AS dan politikus di Eropa masih belum puas.

Solopos.com, JAKARTA — Chief Executive Facebook Inc Mark Zuckerberg akhirnya buka suara dan meminta maaf terkait skandal bocornya data pengguna Facebook terkait Pilpres AS 2016. Dia berjanji akan mengambil langkah konkrit agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi.

Advertisement

“Ini merupakan pelanggaran kepercayaan yang sangat besar. Saya sangat menyesalkan hal ini terjadi. Kami memiliki tanggung jawab yang mendasar untuk melindungi data pengguna,” kata Zuckerberg dalam wawancara dengan CNN, seperti dikutip Reuters, Kamis (22/3/2018).

Adapun, para pembuat kebijakan di AS maupun Eropa belum puas dengan pernyataan Zuckerberg tersebut. David Cicilline, seorang perwakilan Partai Demokrat AS dari Rhode Island, menyebutkan dalam akun Facebook-nya bahwa Zuckerberg tetap harus diuji di hadapan Kongres.

“[pernyataan Zuckerberg] Itu tidak cukup,” katanya, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (22/3/2018).

Advertisement

Anggota Senat dari Partai Demokrat Richard Blumenthal menambahkan bahwa mengakui kesalahan bukanlah jawaban. Dia mengkritik bahwa kongres AS telah gagal membuat Facebook bertanggung jawab dan mendorong untuk membuat aturan terkait perlindungan privasi.

Dari Benua Biru, pemimpin Parlemen Eropa, Antonio Tajani, mengatakan lewat akun Twitternya bahwa sejauh ini masih banyak pertanyaan yang belum terjawab terkait bocornya lebih dari 50 juta data pengguna Facebook ke tangan perusahaan periklanan politik asal Inggris, Cambridge Analytica.

“Saya menantikan dia [Zuckerberg] memberikan penjelasan lebih lanjut sebelum pemilihan perwakilan lebih dari 500 juta penduduk Eropa,” tulisnya. Baca juga: Data Pengguna Bocor untuk Pemenangan Trump, Facebook Mengaku Bersalah.

Advertisement

Matt Hancock, pembuat kebijakan senior di Britania Raya menyampaikan kepada media Inggris mengecam kecerobohan Facebook. “Seharusnya bukan keputusan perusahaan [Facebook] untuk menentukan keseimbangan antara privasi dan inovasi. Perusahaan teknologi besar harus tunduk terhadap hukum dan kita menguatkan hukum.”

Adapun, pada Rabu (21/3/2018) pagi di Washington, pejabat Facebook telah bertemu secara privat dengan anggota House Energy and Commerce Committee dari kedua partai besar di AS. Pertemuan selama hampir dua jam itu mempertanyakan apakah ada pihak lain yang mendapatkan akses untuk data yang sama seperti yang didapat Cambridge Analytica.

Menurut sumber yang mengikuti pertemuan itu, pejabat Facebook mengakui perusahaannya tidak mengetahui seluas apa informasi itu telah tersebar. Analis menilai langkah yang diambil Zuckerberg sebenarnya melewatkan gambaran besar dari permasalahan.

“Solusi yang ditawarkan umumnya untuk mengatur developer dari luar yang memiliki akses untuk data pengguna Facebook lewat perangkat login. Tetapi mereka tidak menyadari bahwa Facebook juga memiliki permasalahan sistemik,” kata Brian Wieser, analis Pivotal Research, dalam wawancara.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif