News
Kamis, 22 Maret 2018 - 14:40 WIB

Data Pengguna Bocor untuk Pemenangan Trump, Facebook Mengaku Bersalah

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - CEO Facebook, Mark Zuckerberg (Fortune.com)

Facebook mengaku bersalah dalam skandal kebocoran data 50 juta pengguna untuk pemenangan Donald Trump.

Solopos.com, JAKARTA — Chief Executive Facebook Inc, Mark Zuckerberg, mengakui perusahaannya berbuat salah dalam hal pengelolaan data milik 50 juta pengguna akun. Dia berjanji akan mengambil sikap tegas untuk membatasi akses pengembang terhadap informsi tersebut.

Advertisement

Perusahaan jejaring sosial itu tengah mendapat pengawasan ketat dari legislator AS dan Eropa. Pasalnya, perusahaan itu dimanfaatkan oleh perusahaan konsultan politik AS yang berbasis di London, Cambridge Analytica, dengan menyalahgunakan data pengguna Facebook untuk pemenangan Donald Trump di pemilihan presiden AS 2016.

Zuckerberg dalam pernyataan terbukanya di depan publik kali pertama sejak skandal itu muncul, mengakui kesalahan itu. “[kami mengaku] Berbuat salah dan masih banyak yang harus dilakukan dan akan terus melakukan perbaikan,” kata Zuckerberg dilansir Reuters, Kamis (22/3/2018).

Dia juga berjanji akan memperketat pengamanan data pengguna akun Facebook dengan menambahkan teknologi pengamanan data bagi pelanggannya. Baca juga: Diam-Diam, Facebook Ikut Bantu Kemenangan Donald Trump.

Advertisement

Sementara itu, salah satu petinggi Facebook, Alex Stamos, dikabarkan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala keamanan. Stamos dikabarkan akan hengkang dari perusahaan yang didirikan oleh Mark Zuckerberg pada Agustus mendatang.

Meski begitu, melalui akun Twitter pribadi Stamos menegaskan dirinya akan tetap bekerja untuk Facebook. Namun ia tak menampik jika saat ini perannya sudah bergeser.

“Meskipun ada desas desus, saya tetap terlibat sepenuhnya untuk Facebook. Memang benar peran saya berubah,” cuitnya di akun Twitter.

Advertisement

New York Times menyebutkan Alex Stamos sebagai salah satu pihak yang gencar mengungkap keterlibatan Facebook di tengah campur tangan Rusia saat pemilu Amerika Serikat yang memenangkan Donald Trump pada Pilpres 2016 lalu. Ketegangan bermula dari silang pendapat di antara petinggi Facebook soal keterbukaan data kepada publik soal negara-negara yang mungkin menyalahgunakan serta melakukan intervensi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif