Soloraya
Selasa, 20 Maret 2018 - 05:00 WIB

20 Tahun Menikah, Sopir Taksi Bandara Solo Akhirnya Punya Rumah Sendiri

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Keluarga Nugroho memasuki rumah barunya di Dukuh Tegalsari, Desa Canden, Sambi, Kamis (1/3/2018). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Memiliki rumah merupakan impian semua orang.

Solopos.com, BOYOLALI — Rona kegembiraan terpancar jelas sekali di raut wajah Nugroho dan istrinya, Yuli Lombawati. Siang menjelang pukul 12.00 WIB, Kamis (1/3/2018), mereka bergegas memasuki sebuah rumah mungil di Dukuh Tegalsari, Canden, Sambi.

Advertisement

Begitu pintu rumah terbuka, aroma cat dan genteng baru langsung semerbak. “Alhamdulillah, akhirnya kita punya rumah sendiri, Dik,” ujar Nugroho kepada anak bungsunya yang ikut mengunjungi rumah baru mereka.

Untuk kategori rumah bersubsidi, rumah Nugroho memang sudah cukup layak. Luasnya hanya 36 meter persegi. Di dalamnya, terdapat dua ruangan kamar tidur, satu kamar mandi, dan ruang keluarga. Rumah bercat abu-abu kombinasi orange itu juga sudah dilengkapi aliran listrik dan air bersih. “Nanti kalau ada rezeki, mau bikin ruangan dapur, dan jemuran di belakang,” sahut istrinya.

Advertisement

Untuk kategori rumah bersubsidi, rumah Nugroho memang sudah cukup layak. Luasnya hanya 36 meter persegi. Di dalamnya, terdapat dua ruangan kamar tidur, satu kamar mandi, dan ruang keluarga. Rumah bercat abu-abu kombinasi orange itu juga sudah dilengkapi aliran listrik dan air bersih. “Nanti kalau ada rezeki, mau bikin ruangan dapur, dan jemuran di belakang,” sahut istrinya.

Bagi Nugroho, rumah itu adalah kado terindahnya. Sebab, pekerjaan dia sebagai seorang sopir menjadi hambatan terbesar dia untuk bisa memiliki rumah. Namun, hidup kadang memang misteri.

Tanpa dinyana, Nugroho dan 29 sopir taksi lainnya mendapatkan lampu hijau dari perbankan untuk bisa memiliki rumah seharga Rp123 juta dengan sistem kredit perumahan rakyat (KPR).

Advertisement

Nugroho mulai narik taksi di Bandara Adi Sumarmo Solo sejak sembilan tahun silam. Sebelumnya, ia pernah jualan, kerja di pom bensin, hingga makelar. Lebih satu dekade terakhir, ia memilih menjadi sopir taksi Bandara.

Dari hasil keringatnya itu, ia bisa membiayai hidup keluarga dan menyekolahkan ketiga anaknya yang kini anak sulungnya sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. “Pendapatan kami memang tak pasti. Tergantung sepi ramainya penumpang. Tapi Insyallah masih cukup untuk mengangsur rumah ini,” ujar Nugroho.

Program KPR bersubsidi bagi kalangan sopir memang baru kali pertama ini digulirkan pemerintah. Program ini rupanya menjadi percontohan nasional dalam upaya mempercepat target sejuta rumah bagi rakyat setiap tahun.

Advertisement

“Selama ini sopir memang kerap dipandang sebelah mata karena tak punya penghasilan tetap. Makanya, ini menjadi percontohan nasional,” ujar Ketua Umum Pengembang Indonesia, Barkah Hidayat, dalam acara peresmian Perumahan Griya Angksa Mandiri di lokasi setempat, sebelumnya.

Bakri berharap, tak hanya sopir bandara yang mendapatkan kemudahan KPR bersubsidi dari perbankan. Para pekerja non formal lainnya pun semestinya juga mendapatkan kemudahan mendapatkan KPR bersubsidi demi kehidupan keluarga yang lebih baik.

“Masih banyak keluarga yang tak punya tempat tinggal karena kendala biaya. Jika perbankan membuka keran bagi sektor non formal, ini akan menjadi kabar gembiar,” jelasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif