Teknologi
Sabtu, 17 Maret 2018 - 14:30 WIB

FENOMENA ALAM : 21 Maret, Hari Tanpa Bayangan Sapa Indonesia

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi bayangan (PlayTalk Read)

Hari tanpa bayangan akan menyapa Indonesia pada 21 Maret 2018.

Solopos.com, SOLO – Indonesia akan kehadiran fenomena alam langka. Fenomena tersebut adalah peristiwa Matahari akan ada di atas garis ekuator (khatulistiwa). Dampaknya, Indonesia pada siang hari tidak akan memiliki bayangan tanpa sekali.

Advertisement

Sayangnya, tidak semua wilayah di Indonesia akan kehilangan bayangan pada 21 Maret nanti. Pasalnya, Matahari akan ada di garis khatulistiwa dan tentu cuma beberapa tempat di Indonesia yang dilewati garis tersebut.

“Peristiwa ini disebut hari nirbayangan atau Hari Tanpa Bayangan. Kejadiannya bisa dua kali setahun. Kalau tahun ini 21 Maret dan 23 September 2018,” ujar Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Jasyanto, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat (16/3/2018).

Advertisement

“Peristiwa ini disebut hari nirbayangan atau Hari Tanpa Bayangan. Kejadiannya bisa dua kali setahun. Kalau tahun ini 21 Maret dan 23 September 2018,” ujar Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Jasyanto, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat (16/3/2018).

Jasyanto menjelaskan, peristiwa tersebut bisa terjadi lantaran Bumi mengitari Matahari pada jarak 150 juta kilometer dalam periode 365 hari. Garis edar Bumi yang berbentuk lonjong, membuatnya bergerak lebih cepat dan kadang bisa bergerak lebih lambat.

Sementara, bidang edar dari Bumi disebut sebagai bidang ekliptika. Bidangnya miring 23,4 derajat ke bidang ekuator. Dengan demikian, Matahari akan tampak di atas belahan Bumi selatan selama sekitar setengah tahun, dan akan berada di atas belahan Bumi selatan dalam setengah tahun sisanya.

Advertisement

Lapan mengungkap kalau pada 20 Maret 2018 nanti, tepatnya pukul 23.15, Matahari akan berada di atas ekuator.

Secara ilmiah, peristiwa tersebut disebut dengan julukan Vernal Equinox (vernus yang artinya musim semi, equus yang artiya sama, dan noct yang artinya malam). Pasalnya, pada hari itu, durasi siang dan malam di seluruh dunia akan berjalan sama, yakni 12 jam.

Wilayah ekuator Indonesia misalnya di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Matahari nanti akan berada di atas kepala pada siang hari, sehingga tugu tegak akan jelas terlihat tanpa bayangan.

Advertisement

Dan pada 21 Maret 2018, Matahari akan mencapai titik puncak pada pukul 11.50 WIB. Titik tersebut dinamai titik kulminasi.

Matahari akan turun hingga terbenam di titik berat pada enam jam kemudian. Jasyanto meyakini, peristiwa ini akan kembali terjadi pada Autumnal Equinox pada 23 September 2018.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif