Soloraya
Kamis, 15 Maret 2018 - 17:46 WIB

PENGANIAYAAN SRAGEN : Santri Ponpes Diserang saat Tidur, Badannya Ditindih Sekarung Gabah

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi penganiayaan Prada Muhammad Indra Wijaya oleh rekan-rekannya di Biak, Papua. (Ilustrasi (JIBI/Dok)

Seorang santri di ponpes wilayah Tanon, Sragen, diserang orang tak dikenal di kamarnya.

Solopos.com, SRAGEN — Seorang santri Pondok Pesantren Raudlatul Falah Dukuh Karangdowo RT 026 Desa Kecik, Tanon, Sragen, berinisial U, 17, menjadi korban penyerangan orang tak dikenal, Rabu (14/3/2018) siang.

Advertisement

Peristiwa tersebut terjadi saat korban sedang tidur di kamarnya di Ponpes Raudlatul Falah, Kecik, Tanon. Akibat insiden itu korban mengalami luka sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Kapolres Sragen, AKBP Arif Budiman, saat ditemui wartawan Kamis (15/3/2018) mengonfirmasi terjadinya insiden itu. Polisi tengah mendalami kejadian itu dengan mengumpulkan keterangan saksi.

Advertisement

Kapolres Sragen, AKBP Arif Budiman, saat ditemui wartawan Kamis (15/3/2018) mengonfirmasi terjadinya insiden itu. Polisi tengah mendalami kejadian itu dengan mengumpulkan keterangan saksi.

Menurut dia, kasus ini berawal dari informasi yang diterima Bhabinkamtibmas Kalidowo, Brigadir Danang, Rabu petang. Informasi itu menyebut telah terjadi pemukulan terhadap santri ponpes.

Mendapat informasi itu Brigadir Danang bersama Kapolsek Tanon, Agus Jumadi, mendatangi lokasi kejadian. Setiba di Ponpes Raudlatul Falah mereka mendapat konfirmasi dari pengelola ponpes.

Advertisement

Selain korban di ponpes tersebut ada lima santri lain yang juga dari Wonosobo, Jateng. Setelah mendapat konfirmasi terjadinya penyerangan, polisi langsung melakukan penyelidikan.

Sejumlah santri dan pengelola ponpes dimintai keterangan ihwal kronologi kejadian tersebut. Dari proses itu diketahui Ponpes Raudlatul Falah dipimpin Umar Fauzi, yang kesehariannya bertani.

Selain bercocok tanam, Umar memberikan pemahaman agama kepada enam santrinya. Umar menggratiskan biaya kepada santri yang tinggal di ponpesnya untuk belajar agama.

Advertisement

“Di pondok para santri dibekali keterampilan, ada yang disalurkan bekerja dan sekolah lagi. Soal ajarannya berdasar hasil pendalaman kami ke warga sekitar, mereka responsnya baik,” kata dia.

Kapolres mengatakan penyelidikan insiden penyerangan santri Ponpes Raudlatul Falah terkendala tidak adanya saksi yang melihat wajah pelaku, termasuk korban. Wajah korban juga ditutup kain sehingga tak bisa melihat.

“Saat terjadi pemukulan, pelaku menutupi wajah korban dengan sarung yang digunakan korban untuk selambu tidur. Setelah memukul korban, [pelaku] langsung lari,” imbuh dia.

Advertisement

AKBP Arif mengimbau masyarakat tak terprovokasi dengan informasi yang beredar bahwa pelaku penyerangan mengenakan cadar atau topeng. Tidak ada satu saksi pun yang berkata seperti itu.

“Rata-rata semuanya [saksi] melihat [pelku] dari belakang sehingga kurang jelas. Makanya tim dari polres sedang bekerja di lapangan segera bisa mengungkap motif dan siapa pelakunya,” ujar dia.

Pengasuh Ponpes Raudlatul Falah, Umar Fauzi, menjelaskan saat kejadian dia sedang berada di Sumberlawang. Setiba di kompleks ponpes pukul 12.00 WIB insiden sudah terjadi.

“Rizki [salah satu santri] lapor ke saya bahwa U pingsan. Setelah saya lihat U tertindih sekarung gabah. Langsung diangkat dan dicarikan dokter, kami kirim ke puskesmas [Tanon],” dia menerangkan.

Umar menguraikan penyerangan santrinya terjadi saat santri itu tidur. Saat itu pelaku masuk ke kamar korban dan langsung menutupi wajah korban dengan kain dan memukul perutnya.

Setelah memukul korban pelaku menindih korban dengan sekarung gabah seberat 35 kilogram hingga 40 kilogram. Setelah melakukan aksinya itu pelaku kabur melalui jendela.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif