News
Minggu, 11 Maret 2018 - 19:08 WIB

UIN Suka Cabut Larangan, Mahasiswi Bercadar Ingin Hilangkan Stigma Radikal

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Satu set burqa terlihat di toko pakaian muslimah di sebuah pasar tradisonal tekstil Jakarta, Indonesia, Rabu (7/3/2018).(JIBI/Solopos/Reuters/Willy Kurniawan)

Keputusan Rektor UIN Sunan Kalijaga mencabut larangan langsung disambut publik kampus itu.

Solopos.com, SLEMAN — Keputusan Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof Yudian Wahyudi yang secara resmi mencabut kebijakan pembinaan mahasiswi bercadar di lingkungan kampus tersebut, Sabtu (10/3/2018) sore, langsung mendapatkan respons. Setelah ditandatangani dan distempel, surat itu langsung beredar di lini masa Sabtu pukul 18.30 WIB.

Advertisement

Isi surat itu beredar baik melalui grup Whatsapp maupun media sosial lainnya. Pencabutan itu merupakan hasil keputusan bersama hasil RKU di internal UIN Sunan Kalijaga yang melibatkan sejumlah pimpinan baik di level universitas maupun fakultas.

“[peserta rakor] Pimpinan yang terdiri dari rektor, semua wakil rektor, semua dekan, direktur pasca dan kepala biro [di UIN Suka],” kata Yudian Wahyudi, Minggu (11/3/2018). Baca juga: Pemuda Muhammadiyah Tak Sepakat Cadar, Tapi Sayangkan Pelarangan di UIN Suka.

Mahasiswi bercadar di lingkungan UIN Sunan Kalijaga menyambut baik pencabutan itu. Salah satunya adalah Dewi, mahasiswi Jurusan Akidah Filsafat Islam, Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam. Ia mengaku sangat bersyukur dengan diterbitkannya surat pencabutan pembinaan mahasiswi bercadar.

Advertisement

Menurutnya, pencabutan itu menghentikan segala bentuk ketakutan atau bahkan perlawanan dari beberapa pihak tentu. “Sehingga ini dapat meminimalisasi fitnah-fitnah yang berdampak kurang baik pada nama kampus,” ujarnya. Baca juga: Larangan Cadar di UIN Sunan Kalijaga Dicabut, Ini Alasannya.

Namun mahasiswi semester IV itu tetap menjadikan kebijakan rektor yang membina mahasiswi bercadar sebagai pelajaran berharga. Ia justru tetap akan berhati-hati setelah sempat viralnya larangan cadar tersebut.

“Karena meski hal ini di anggap selesai, tak menutup kemungkinan kalau di luar UIN yang bercadar tetap masih dipandang berbeda di masyarakat,” ungkapnya.

Advertisement

Dewi mengaku telah mencatat poin penting dari pro kontra penggunaan cadar. Terutama, ia secara pribadi akan terus memperbaiki komunikasi dengan lingkungan sekitarnya untuk membuktikan wanita pemakai cadar tidak eksklusif dan tidak radikal seperti yang disangkakan banyak orang. Baca juga: Alwi Shihab Sebut Pelarangan Cadar di UIN Suka untuk Keamanan.

“Pada intinya dari kejadian ini kami mencatat poin penting, yang kadang dijadikan masalah. Terutama berkaitan lingkungan sekitar, kami akan memperbaiki termasuk bersosialisasi secara totalitas,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif