Soloraya
Minggu, 11 Maret 2018 - 20:35 WIB

TRANSPORTASI SOLO : Aksi Sweeping dengan Order Fiktif Terus Terjadi Bikin Pengemudi Gocar Resah

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi moda transportasi berbasis aplikasi alias angkutan online. (gmanetwork.com)

Para pengemudi Gocar Solo resah dengan aksi sweeping berupa order fiktif yang terus terjadi.

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pengemudi taksi online Gocar Solo resah dengan aksi sweeping oleh sesama pengemudi Gocar yang diduga dari perwakilan komunitas atau organisasi pengemudi taksi online pemrakarsa aksi mogok massal.

Advertisement

Seorang pengemudi taksi pelat kuning yang memanfaatkan layanan Gocar, YI, 47, bercerita pada Sabtu (10/3/2018) lalu, dirinya terjaring aksi sweeping saat mengaktifkan layanan Gocar pada aplikasi Gojek. Dia menerangkan aksi sweeping tersebut, yakni razia oleh pengemudi Gocar lain dengan melempar order fiktif.

Awalnya, YI mengira order yang masuk ke akunnya adalah order nyata. Namun setelah sampai di tempat penjemputan calon penumpang, YI dikagetkan dengan kehadiran beberapa orang yang meminta dirinya mematikan aplikasi.

Advertisement

Awalnya, YI mengira order yang masuk ke akunnya adalah order nyata. Namun setelah sampai di tempat penjemputan calon penumpang, YI dikagetkan dengan kehadiran beberapa orang yang meminta dirinya mematikan aplikasi.

YI tidak mengetahui secara pasti identitas atau latar belakang orang yang memintanya mematikan aplikasi tersebut. Hanya, dia sangat yakin mereka adalah para pengemudi Gocar yang menginisiasi aksi mogok massal sebagai bentuk protes kepada PT Gojek Indonesia atas kebijakan perubahan skema target poin dan nominal bonus harian.

Baca juga:

Advertisement

“Kemarin saya hanya dikasih tahu dengan baik-baik agar meng-off-kan aplikasi. Mereka tidak melakukan aksi kekerasan,” kata YI saat dihubungi Solopos.com, Minggu.

Sebagai informasi, Solopos.com mendapat nomor telepon YI setelah dihubungi salah satu nomor asing yang memberi kabar soal YI yang baru saja kena sweeping. Meski tak mendapatkan tindakan kasar, YI tetap merasa resah.

Dia tak tahu apa yang bakal terjadi jika dirinya sampai kedapatan dua kali mengaktifkan layanan Gocar. Padahal YI ingin mengaktifkan aplikasi agar bisa tetap memperoleh penghasilan dari hasil memberi layanan Gocar.

Advertisement

YI khawatir aksi mogok beroperasi para engemudi Gocar akan berlanjut. Hal itu sangat mungkin terjadi karena hingga Minggu sore tidak ada tanda-tanda pemberitahuan dari PT Gojek Indonesia bakal mengembalikan target poin dan nominal bonus harian seperti sediakala.

“Hidup saya ini kan sekarang tergantung dengan layanan online. Maka dari itu, sangat disesalkan adanya aksi sweeping. Saya jelas takut. Kan tidak ada yang tahu dan bisa menjamin setelah saya misalnya nanti kena lagi, bakal tetap diberi penjelasan baik-baik atau dapat tindakan kasar,” jelas YI.

Salah seorang pengemudi taksi pelat hitam Gocar, IR, 38, juga resah dengan adanya aksi sweeping oleh sesama pengemudi Gocar. Dia mengaku pada Sabtu lalu juga mendapat order fiktif yang mengantarkan dirinya kepada pengemudi Gocar lain yang intensif menyuarakan aksi mogok massal.

Advertisement

IR menilai para pengemudi Gocar tidak harus melakukan aksi serentak offline aplikasi untuk menuntut perubahan kebijakan dari manajemen PT Gojek Indonesia. “Sekarang ya saya akhirnya tak berani aktifkan aplikasi [Gojek]. Kalau kena sweeping lagi siapa yang mau jamin keselamatan saya? Mending sekarang pakai aplikasi lain. Lagi pula banyak penumpang juga sudah mulai beralih menggunakan aplikasi Grab dan Uber,” jelas IR saat diwawancarai Solopos.com.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif