Soloraya
Jumat, 9 Maret 2018 - 10:15 WIB

SOLO KOTA KREATIF: Wow! Solo Targetkan Masuk Jaringan Kota Kreatif UNESCO 2019, Ini Caranya

Redaksi Solopos.com  /  Farida Trisnaningtyas  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Sendratari Ramayana (JIBI/Solopos/Sunaryo Haryo Bayu)

Solo target masuk jaringan kota kreatif UNESCO 2019.

Solopos.com, SOLO—Pencanangan Solo sebagai Kota Kreatif memasuki babak baru. Kali ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo serius membawa nama Solo ke level internasional dengan membentuk Komite Kota Kreatif.

Advertisement

Komite yang terdiri atas wakil pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha kreatif itu diharapkan mampu bersinergi dan memberi masukan kepada Pemkot Solo sehingga Solo bisa masuk dalam UNESCO Creative City Network (UCCN) atau Jaringan Kota Kreatif UNESCO pada 2019.

“Komite Kota Kreatif menjadi wadah agar pelaku kreatif bisa berkelanjutan. Tidak hanya pelaku dikumpulkan kemudian setelah selesai tak ada kelanjutan,” ujar anggota Staf Ahli Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Sutanto, dalam diskusi kelompok terarah mengenai Komite Kota Kreatif yang diselenggarakan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Solo di Solo Bistro, Kamis (8/3/2018).

Pemilik gelar doktoral dari Univesitas Bordeaux Prancis tersebut diundang menjadi pemantik diskusi dan berbagi gagasan. Menurutnya, UNESCO memang gencar mengajak kota-kota di dunia agar menjadi kota kreatif karena ingin mengentaskan kemiskinan di muka bumi.

Advertisement

“Dalam konsep kota kreatif, sejauh mana korelasinya sehingga bisa mengentaskan kemiskinan? Yaitu dengan penguatan daya saing dan membangun kolaborasi dengan kota lain,” terangnya.

Kota Solo, menurutnya, memiliki modal besar, yaitu kreativitas.  Dengan modal itu, Solo memiliki modal kekuatan luar biasa agar bisa bersaing sekaligus bersanding dengan masyarakat dunia, khususnya yang tergabung dalam UCCN.

“Jika itu terjadi, harapannya adalah mengentaskan dari rasa kekurangan,” kata dia. (baca juga: SOLO KOTA KREATIF : RKB Manahan Tambah Fasilitas Coworking Space)

Komite tersebut memiliki waktu hingga November atau Desember 2018 untuk menyusun program dan kegiatan. Ada beberapa tugas yang menurutnya harus diselesaikan yaitu meningkatkan kualitas dossier (berkas) pengusulan Solo sebagai anggota UCCN, keberlanjutan kebijakan Solo sebagai kota kreatif, dan mengembangkan menciptakan pengetahuan serta mentransfer pengetahuan kota kreatif.

Advertisement

Tugas pertama artinya Solo harus mampu menghadirkan kegiatan sebagai city of craft and folk art (kota kerajinan dan kesenian rakyat) serta mematangkan konsep kota pertunjukan. Masih ada waktu satu tahun karena pengajuan proposal ke UNESCO akan dilakukan pada 2019.

“Draf awal proposal pengajuan sudah ada. Komunikasi dengan UNESCO sudah. Kami juga sudah datang ke Kantor UNESCO di Paris, Prancis. Bahkan kami sudah presentasi. Ayo buat program kegiatan untuk menguatkan ajuan proposal kita,” terangnya.

Target kedua, yaitu membantu pelaku kegiatan kreatif dengan kebijakan dalam bentuk regulasi berupa peraturan daerah (Perda) atau peraturan wali kota (Perwali). Dengan demikian, siapa pun wali kota maupun kepala dinasnya, pelaku kreatif memiliki pegangan dalam berkegiatan. Target ketiga adalah mengumpulkan pengetahuan di Solo menjadi buku dengan bingkai kerja Solo Kota Kreatif.

Ia menilai ada permasalahan yang tengah terjadi di Solo. Dalam data Badan Pusat Statistik (BPS) disebutkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,6% atau terhitung tinggi dibanding rata-rata Jawa Tengah. Namun, tingkat pengangguran terbuka mencapai 5,7% atau lebih tinggi daripada persentase pertumbuhan ekonomi.

Advertisement

“Data itu membuktikan kemakmuran hanya dirasakan oleh pihak tertentu. Solo berada pada pertumbuhan ekonomi bagus, tapi kemiskinan tinggi.  Itu namanya anomali paradoksal. Dengan kearifan budaya, kota bisa tumbuh baik. Yang merasakan prosperity [kemakmuran] harusnya warga masyarakatnya,” kata dia dalam forum yang dimoderatori akademisi UNS Agus Dwi Priyanto tersebut.

Pembicara kedua, Kusumaningdyah Nurul Handayani, yang merupakan tenaga ahli Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), mengatakan Bekraf melakukan penilaian mandiri kabupaten/kota kreatif di Indonesia sejak 2015. Kota Solo menjalani uji petik pada 2017.

Ia menilai hasil uji petik tersebut menarik karena Solo memilih subsektor pertunjukan. Ternyata, dua kabupaten tetangga yang sudah melakukan uji petik yaitu Karanganyar dan Sragen juga memilih subsektor yang sama.

“Jika Solo ingin berkembang, dia harus mencari solusi bagaimana menjadi leading sector di Soloraya. Mungkin bisa buat forum bersama. Ekonomi bisa naik enggak bisa berjalan sendiri,” tutur dosen Arsitektur Fakultas Teknik UNS Solo tersebut.

Advertisement

Di sisi lain, ia mempertanyakan komitmen Pemkot dalam menggapai Solo sebagai Kota Kreatif. Menurutnya, Solo sering menjadi pioner dalam beberapa hal, tetapi bermasalah pada keberlanjutan program.

Sementara itu, Kabid Ekonomi Bappeda, Francisco Amara, menjelaskan pada 2017 Solo sudah mendaftarkan diri. Namun, hasil assestmen UNESCO ternyata belum sesuai sehingga Solo belum bisa masuk UCCN. Sebulan lalu, pihaknya bertemu Direktur UNESCO di Jakarta. Sang direktur memberi motivasi agar Solo terus berbenah.

“Pagi ini belanja masalah. Kami perlu masukan-masukan terkait Kota Kreatif. Kami perlu menentukan target dan indikator untuk perbaikan ke depan,” ujar perempuan yang akrab disapa Ruli tersebut.

Menurutnya, beberapa kota seperti Bandung dan Pekalongan sebenarnya meniru konsep Kota Kreatif dari Solo. Ironisnya, kedua kota yang belakangan muncul itu justru sudah masuk UCCN, sementara Solo belum.

“Kami sudah punya kelompok-kelompok kreatif banyak sekali, khususnya seni pertunjukan. Mari mengembangkan Kota Solo sebagai kota kreatif di dunia,” kata dia.

 

Advertisement

7 Kategori Kota Kreatif

– Desain (Bandung, Singapore, Budapes, Kaunas di Lithuania), Detroit di AS, Puebla di Mexico)

– Gastronomi (Belm di Brazil, Bergen di Norwegia, Burgos dan Dnia di Spanyol, Ensenada di Meksiko, Gaziantep di Turki, Tucson di AS, Parma di Italia, Phuket di Thailand, dan Rasht di Iran).

– Musik (Adelaide di Australia, Idanha-a-Nova di Portugal, Kingston di Jamaica, Kinshasa di Kongo, Liverpool di Inggris, Medellin di Kolombia, Salvador di Brazil, Katowice di Polandia, Tongyeong di Korea, dan Varanasi di India).

– Literatur (Tartu di Estonia, Barcelona di Spanyol, Baghdad di Irak, Ljubljana di Slovenia, Lviv di Ukraina, Montevideo di Uruguay, Nottingham di Inggris, Obidos di Portugal, dan Ulyanovsk di Rusia)

– Kerajinan dan Kesenian Rakyat (Pekalongan di Indonesia, Al-Ahsa di Arab Saudi, Bamiyan di Afghanistan, Duran di Ecuador, Lubumbashi di Kongo, Isfahan di Iran, Jaipur di India, San Cristbal de las Casas di Meksiko, Sasayama di Jepang).

– Film (Bitola di Macedonia, Roma di Italia, Santos di Brazil)

– Media Art (Austin di AS)

Sumber: Antara 

 

 

Advertisement
Kata Kunci : Solo Kota Kreatif
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif