Soloraya
Selasa, 27 Februari 2018 - 15:35 WIB

BENCANA WONOGIRI : Pergerakan Tanah Tirtomoyo Ancam 10 Rumah, 2 Rumah Terpaksa Dirobohkan

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi lokasi sangat rawan longsor di Damon, Hargorejo, Tirtomoyo, Wonogiri, Senin (27/2/2018). (Istimewa/BPBD Wonogiri)

Pergerakan tanah terus meningkat di Dusun Damon, Hargorejo, Tirtomoyo, Wonogiri, mengancam 10 rumah.

Solopos.com, WONOGIRI — Pergerakan tanah di sejumlah lokasi sangat rawan longsor Wonogiri meningkat signifikan menyusul hujan yang turun hampir setiap hari. Sejauh ini, peningkatan pergerakan tanah itu menyebabkan konstruksi dua unit rumah rusak berat sehingga terpaksa dirobohkan.

Advertisement

Selain itu pergerakan tanah sudah mengakibatkan longsor dan merusak sebagian rumah warga. Warga diminta tak beraktivitas di kawasan rawan untuk menghindari hal-hal tak diinginkan. Meningkatnya pergerakan tanah tersebut semakin memperbesar potensi terjadinya longsor.

Seperti diketahui, lokasi sangat rawan longsor terdapat di Dusun Galih dan Sumber, Purwantoro dan Dusun Joho, Gedawung, Kismantoro. Informasi yang dihimpun Solopos.com, Selasa (27/2/2018), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri mencatat ada lokasi baru yang masuk kategori kawasan sangat rawan longsor, yakni Dusun Damon RT 002/RW 004, Hargorejo, Tirtomoyo.

Advertisement

Seperti diketahui, lokasi sangat rawan longsor terdapat di Dusun Galih dan Sumber, Purwantoro dan Dusun Joho, Gedawung, Kismantoro. Informasi yang dihimpun Solopos.com, Selasa (27/2/2018), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri mencatat ada lokasi baru yang masuk kategori kawasan sangat rawan longsor, yakni Dusun Damon RT 002/RW 004, Hargorejo, Tirtomoyo.

Lokasi itu kali pertama diketahui bergerak turun pada 24 Januari 2018 lalu. Pergerakan terus meningkat pada 3 Februari dan 8 Februari. Pergerakan tanah meningkat seiring terjadinya hujan.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Selasa, menyampaikan pergerakan tanah di Joho dan Damon meningkat signifikan dari sebelumnya. Berdasar pantauan petugas BPBD di Damon, Senin (26/2/2018), lebar rekahan rata-rata 10 cm-20 cm.

Advertisement

Padahal sebelumnya rekahannya hanya kecil. Di beberapa lokasi terdapat struktur tanah yang turun. Celah rekahan terdapat sumber air sehingga tanah menjadi lumpur. Air berlumpur itu mengalir melalui celah ke dataran yang lebih rendah.

Meningkatnya pergerakan tanah itu mengakibatkan dua unit rumah yang dihuni sembilan orang rusak berat sehingga tak bisa dihuni lagi. Pemilik rumah terpaksa membongkarnya supaya jika roboh tidak membahayakan orang. Masing-masing rumah itu dihuni Eko Purnomo, 84, bersama dua anggota keluarganya dan Wardi, 54, bersama lima anggota keluarganya.

“Rekahan lebih kurang sepanjang 600 meter melingkar berbentuk seperti tapal kuda. Tanah di sekitar puncak rekahan turun sedalam 60 cm-80 cm. Bahkan tanah setinggi 10 meter sepanjang lebih kurang 70 meter di belakang rumah Pak Eko [salah satu warga yang rumahnya terdampak] sudah meluncur,” kata Bambang.

Advertisement

Selain mengakibatkan dua unit rumah rusak, delapan unit rumah yang dihuni 28 orang terancam terkena longsor. Delapan rumah itu milik Warno, 60 (dua jiwa); Warsono, 65 (empat jiwa); Narman, 65 (satu jiwa); dan Ny. Kari, 72 (lima jiwa). Empat rumah lainnya milik Kartomo, 68 (enam jiwa); Parijem, 84 (empat jiwa); Yadi, 60 (tiga jiwa); dan Yatmi, 60 (tiga jiwa).

Pergerakan tanah di Joho juga meningkat hingga membuat tanah turun sedalam 2 meter-3 meter dengan panjang lebih kurang 200 meter. Sebelumnya kedalaman tanah yang turun tak sedalam itu. Pergerakan tanah tersebut mengakibatkan longsor di Joho RT 003/RW 007. Longsor mengenai dinding rumah Darmo.

“Warga terdampak dan terancam longsor di Sumber dan Joho masih mengungsi di waktu tertentu seperti biasanya. Kalau tak hujan warga kembali ke rumah masing-masing meski kami sebenarnya sudah melarang. Kalau hujan, terlebih malam hari warga mengungsi di posko yang sudah disediakan,” imbuh Bambang.

Advertisement

Sementara itu, Camat Tirtomoyo, Kuswarno, mengatakan bersama BPBD selalu mengimbau warga agar waspada dan siaga. Warga diimbau mengungsi jika potensi longsor semakin besar. Saat ini warga yang terancam masih menghuni rumah masing-masing. Hanya keluarga pemilik rumah yang dirobohkan yang mengungsi.

“Keluarga Pak Wardi mengungsi di tenda samping masjid. Keluarga Pak Eko mengungsi di rumah saudaranya. Sementara kebutuhan logistik masih terpenuhi,” kata Kuswarno.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif