Soloraya
Minggu, 25 Februari 2018 - 13:00 WIB

Kampanye di CFD Solo, Pecinta Hewan Ungkap Kekejaman di Balik Menu Daging Anjing

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Saat aksi simpatik Dogs Are Not Food di Jl. Slamet Riyadi, Solo, Minggu (6/3/2016). (Dok/JIBI/Solopos)

Komunitas-komunitas pecinta hewan menggelar kampanye di CFD memprotes perdagangan daging anjing di Solo.

Solopos.com, SOLO — Puluhan orang pencinta hewan yang tergabung dalam koalisi Dog Meat Free Indonesia (DMFI) menggelar kampanye melawan bisnis perdagangan daging anjing di area car free day (CFD) Jl. Slamet Riyadi, Minggu (25/2/2018) pagi. Mereka turun ke jalan untuk menyadarkan masyarakat tentang kekejaman di balik menu daging anjing, dan masalah kesehatan akibat mengonsumsinya.

Advertisement

Perwakilan komunitas Sahabat Anjing Solo dan beberapa organisasi perlindungan hewan tersebut melakukan longmarch menyusuri keramaian CFD dari depan Toko Candi Elektronik hingga MNC Bank. Selama berjalan ke arah barat, mereka berorasi menyerukan penghentian praktik perdagangan dan konsumsi daging anjing. Baca juga: Solo Surga Kuliner Gukguk, 1.200 Anjing Dibantai Setiap Hari.

Setelah sampai di depan gedung MNC Bank, puluhan masa aksi dari koalisi DMFI membentangkan kain panjang warna putih untuk penggalangan suara dari masyarakat. Mereka mempersilakan para pengunjung CFD untuk menandatangani kain tersebut jika mendukung gerakan setop perdagangan daging anjing. Baca juga: 7 Lokasi Jagal Anjing Dipasok dari Luar Solo.

Banyak pengunjung CFD yang menandatangai kain putih setelah menerima penjelasan dari para pegiat koalisi DMFI. Salah seorang pengunjung CFD, Yudha Erfana, 23, ikut mendukung gerakan setop perdagangan daging anjing. Saat membubuhkan tanda tangan, Yudha juga menyelipkan sebuah pesan, yakni “Biarkan mereka hidup!”. Dia menilai anjing adalah hewan peliharaan, bukan hewan konsumsi.

Advertisement

Yudha mengusulkan agar pemerintah menghilangkan jual beli makanan olahan daging anjing di Solo. “Di Solo ini kan marak yang jual makanan olahan daging anjing. Dari situ dulu lebih baik dibatasi atau ditiadakan. Kalau mereka sudah tidak ada lagi, penjagal otomatis kan berkurang atau bahkan hilang,” kata Yudha saat ditemui Solopos.com, Minggu.

Koordinator Aksi oleh Koalisi DMFI di Solo, Fredy Irawan, mengatakan pihaknya akan membawa kain yang telah ditandatangani masyarakat tersebut ke DPRD Kota Solo. Dia ingin membuktikan bahwa masyarakat juga mendukung perlawanan terhadap bisnis perdagangan daging anjing.

DMFI menuntut agar pemerintah segera membuat regulasi larangan jual beli daging anjing. Salah satu alasannya adalah menjaga kesehatan masyarakat dan mencegah praktik kekerasan terhadap anjing. Baca juga: Gara-Gara Lihat Kepala Anjing di Panci, Fredy Ogah Konsumsi Kuliner Gukguk Lagi.

Advertisement

“Saya dulu juga mengonsumsi daging anjing, tapi setelah tahu itu berbahaya dan salah, saya berhenti. Masyarakat jangan larut dengan mitos-mitos yang berkembang. Daging anjing memang mengandung protein tapi apa sepadan dengan risiko yang didapat jika mengonsusinya? Ada risiko cacing hati, cacing pita, dan rabies. Rabies ini bukan saja ditularkan dari gigitan, tapi juga dari daging anjing yang dikonsumsi,” jelas Fredy.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif