Soloraya
Rabu, 21 Februari 2018 - 20:00 WIB

Pilkada Karanganyar, Generasi Milenial di Colomadu Tak Berminat Nyoblos

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kotak suara (JIBI/Solopos/Dok.)

Jelang Pilkada Karanganyar, PPK Karanganyar prihatin melihat generasi milenial di Colomadu yang kurang berminat mencoblos.

Solopos.com, KARANGANYAR — Para pemilih pemula yang merupakan para pelajar dan mahasiswa di Colomadu, Karanganyar, kurang berminat mengikuti pemilu atau pilkada.

Advertisement

Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Colomadu, Karanganyar, Achmad Samsul Bahri, mengaku prihatin dengan kenyataan di lapangan bahwa pemilu yang memakan biaya demikian banyak ternyata masih belum optimal. Karena itu pihaknya menggelar sosialisasi di Aula Kantor Kecamatan Colomadu sebagai tahapan pemilu.

“Dari warga yang terdaftar baru 60 sampai 70 persen yang mau berpartisipasi ikut memilih. Mereka yang belum berpartisipasi memilih biasanya berasal dari para pemilih pemula,” ujar dia ketika ditemui pada Sosialisasi Tahapan Pemilihan Bupati (pilbub) Karanganyar di Aula Kantor Kecamatan Colomadu, Rabu (21/2/2018).

Sedangkan kegiatan sosialisasi yang digelar di Aula Kantor Kecamatan Colomadu ini merupakan kali ketiga. Sosialisasi serupa pernah dilakukan dengan mengumpulkan seluruh petugas Panitia Pemungutan Suara (PPS) desa se-Colomadu, dan mengundang para pemilih pemula secara khusus. Selain itu pihaknya juga mengundang pemilih pemula di tiap desa agar mendelagasikan pemilih pemula.

Advertisement

Dia berharap setelah mendapat sosialisasi, anak-anak muda ini juga menyebarkannya ke teman-teman pemilih pemula lainnya di desa. Kali ini, kata dia, pihaknya menyosialisasikan kepada para tokoh masyarakat, pemuka agama, kepala desa, dokter puskesmas, dan sebagainya.

Ditanya faktor penyebab rendahnya partisipasi pemilih pemula di pemilu, Achmad menduga akibat kurangnya kesadaran bahwa pemilu merupakan masa depan bersama. “Ini mungkin perlu brain storming, karena ini juga penting untuk penentuan masa depan. Mungkin mereka beranggapan yang penting kuliah, meraih IPK [indeks prestasi kumulatif] tinggi,” ujar dia.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif