Sport
Selasa, 20 Februari 2018 - 22:25 WIB

PERSIS SOLO : Terlalu Dini Menghakimi Freddy Muli

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemain Persis Solo, Deddy Cahyono (kanan) berusaha melewati pemain Persibat Batang, Abdul Jalil (tengah), di Stadion Manahan, Solo, Senin (19/2/2018). (JIBI/Solopos/Nicolous Irawan )

Persis Solo menelan kekalahan di laga uji coba.

Solopos.com, SOLO – Pelatih Persis Solo, Freddy Muli, masih mendapat kepercayaan penuh dari Pasoepati meski baru saja membawa tim menelan kekalahan 0-1 dari Persibat Batang di laga uji coba, Senin (19/2/2018). Pasoepati menegaskan terlalu dini menghakimi Freddy hanya dari sekali laga uji coba resmi.

Advertisement

Sebagai informasi, hashtag #FMOut mulai muncul di sejumlah media sosial pendukung Persis. Mereka kecewa dengan racikan Freddy yang mudah terbaca dan cenderung membosankan saat melawan Laskar Alas Roban, julukan Persibat. Namun tak sedikit pula yang membela manajer kelahiran Palopo itu. Kekalahan atas Persibat justru dianggap sebagai pil pahit yang bakal menyehatkan di kemudian hari.

Menteri Sosial DPP Pasoepati, Isnaini Muhamad Fatah Romadloni, tak menampik cukup kecewa dengan permainan M. Wahyu dkk. saat meladeni Persibat. Dia menilai tim terlambat panas dan belum memiliki pola yang jelas. Meski demikian dia menyebut tidak fair jika Freddy dinilai hanya dari satu kali uji coba resmi.

Di lima laga ekshibisi sebelumnya melawan tim internal, Persis selalu menang dan menyarangkan 31 gol ke gawang lawan. “Ini kan baru sekali melawan tim yang sepadan. Mungkin pelatih masih mencari strategi yang pas untuk meredam kekuatan lawan,” ujar Isna, sapaan akrabnya, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (20/2/2018).

Advertisement

Sejumlah pihak memang mempertanyakan pemilihan strategi Freddy, salah satunya penempatan Sunarto di belakang Johan Yoga dalam formasi 4-2-3-1. Padahal eks Arema FC ini biasanya bermain sebagai winger. Sunarto tampak kikuk menjalankan tugas sebagai penyerang lubang sekaligus penyuplai bola bagi striker utama. Johan mati kutu karena tidak mendapat pasokan bola mumpuni dari lini tengah.

Keberadaan M. Wahyu dan Eli Nasoka sebagai gelandang pivot juga belum cukup kreatif sehingga lawan mudah membaca serangan. Belum lagi kesalahan elementer seperti salah umpan yang masih sering terjadi.

“Lini belakang juga menyisakan problem. Gol Persibat bermula dari miskomunikasi pemain di pertahanan. Saya yakin pelatih sudah mengantongi banyak hal untuk dievaluasi. Saya pribadi menanti perubahan mendasar saat Persis menjamu Bhayangkara FC [25 Februari 2018],” tutur lelaki asal Tirtomoyo, Wonogiri, ini.

Advertisement

Pasoepati asal Laweyan, Restu Andrianto, 25, menilai hasil uji coba melawan Persibat tidak bisa menjadi patokan menilai kualitas Persis. Menurut Restu, masih ada sedikit waktu bagi Laskar Sambernyawa untuk berbenah. Dia menyoroti tim perlu jenderal lini tengah yang visioner dan dapat mengendalikan permainan.

“Persis mendesak gelandang baru yang bisa membagi bola. Pelatih juga tak perlu ragu mencoret pemain yang dirasa tidak berkembang dalam skuat,” ucapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif