Jogja
Jumat, 9 Februari 2018 - 14:53 WIB

Jlagran Kembali Dihantam Longsor

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dokumentasi)

Satu musala terdampak longsor.

Harianjogja.com, JOGJA–Bencana longsor kembali terjadi di Kampung Jlagran, Kelurahan Pringgokusuman, Kecamatan Gedongtengen. Talut sepanjang 16 x 2 meter di sisi timur aliran Kali Winongo longsor hingga merembet ke bangunan tempat ibadah.

Advertisement

Camat Gedongtengen, Antarikasa Agus Purnama mengatakan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa  longsor yang terjadi pada Kamis (8/2/2018) sore tersebut. Longsor itu terjadi setelah dua hari sebelumnya dilanda hujan. “Hanya satu musala yang terdampak. Lokasinya RT 01 RW 01 persis di sisi bekas longsor akibat siklon tropis cempaka pada akhir November tahun lalu,” kata Antariksa, saat dihubungi Jumat (9/2/2018).

Ia mengatakan bekas longsoran itu sudah ditangani sementara dengan menutup terpal agar tidak terjadi longsor susulan. Namun demikian, pihaknya tetap meminta warganya yang tinggal di kawasan tersebut untuk tetap waspada terhadap pergerakan tanah, mengingat wilayah tersebut sangat rawan longsor, karena posisi talut yang curam.

Selain itu, saluran air dari kampung yang dibuang ke Kali Winongo juga rusak sehingga saluran air hujan yang seharusnya masuk gorong-gorong, masuk ke sela-sela tanah. Kondisi tersebut membuat tanah labil dan berpotensi longsor.

Advertisement

Ia mencatat ada sekitar 10 kepala keluarga yang tinggal di bantaran Kali Winongo di wilayah RT 01 RW 01 Jlagran yang rawan jika terjadi longsor kembali. Pihaknya sudah menyampaikan melalui Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (PUPKP) untuk penataan dalam jangka panjang.

Sementara itu, tiga kepala keluarga yang terdampak langsung saat longsor akhir November tahun lalu sudah dipindah dan menempati rumah susun (Rusun) Gemawang, Mlati Sleman atas prakarsa Pemda DIY.  Antariksa menambahkan, ada ratusan kepala keluarga yang tinggal di bantaran sungai di wilayahnya yang terbentang dari RW 01-25, namun, “Kerawanan paling parah ada ri RW 01,” ujar Antariksa.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif