Soloraya
Kamis, 8 Februari 2018 - 07:05 WIB

Pembangunan Terkendala Hujan, Tol Salatiga-Boyolali Ditarget Selesai Juli 2018

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas PT Jasamarga Solo Ngawi/JSN (sebelumnya bernama PT Solo Ngawi Jaya atau SNJ) berdiskusi mengenai pembangunan jalan tol paket III Salatiga-Boyolali, di gerbang tol Mojosongo, Boyolali Rabu (7/2/2018). (Akhmad Ludiyanto/JIBI/Solopos)

Tol Salatiga-Boyolali masih dalam proses pembangunan.

Solopos.com, BOYOLALI — Pembangunan jalan tol paket III atau Salatiga-Boyolali ditarget selesai 6 Juli 2018. Sementara itu, pembangunan masih terkendala cuaca hujan yang masih cukup tinggi.

Advertisement

Meski ditarget selesai Juli, namun jalan tol sepanjang sekitar 29 km itu diupayakan bisa difungsikan sebagai jalur mudik-balik pada musim Lebaran medio Juni.

Sehingga jalan tol paket III yang terhubung dengan pintu tol Kartasura ini bisa terhubung dengan jalan tol paket I Solo (Kartasura)-Ngawi (yang rencananya akan dioperasikan Maret 2018).

Advertisement

Sehingga jalan tol paket III yang terhubung dengan pintu tol Kartasura ini bisa terhubung dengan jalan tol paket I Solo (Kartasura)-Ngawi (yang rencananya akan dioperasikan Maret 2018).

Pengendali Lapangan Seksi C D F pada pembangunan jalan tol paket III PT Jasamarga Solo Ngawi atau JSN (sebelumnya bernama PT Solo Ngawi Jaya atau SNJ) Ngadino mengatakan saat ini pihaknya terus mengebut pekerjaan-pekerjaan struktur sehingga target selesai Juli dapat tercapai.

“Paket III ini kurang lebih berjalan 56 persen. Kami terus melakukan pressure kepada pekerja untuk terus bekerja maksimal agar Juli nanti bisa selesai,” kata dia saat ditemui di gerbang tol Mojosongo, Boyolali, Rabu (7/2/2018).

Advertisement

“Curah hujan pada Desember [2017] sampai Januari [2018] ini masih cukup tinggi sehingga pekerjaan tanah masih tertunda. Untuk pekerjaan struktur bisa jalan terus karena masalah pembebasan tanah warga sudah klir, tinggal pembebasan lahan fasilitas umum [fasum] dan fasilitas sosial [fasos] yang saya kira bisa diselesaikan antarpemerintah daerah,” imbuh Ngadino saat ditemui bersama Manajer Adiministrasi PT JSN, Fatahillah.

Selain itu, ruas tol paket III yang melintasi 29 desa itu juga terkendala pembangunan jembatan di wilayah Kenteng (Kabupaten Semarang).

Sementara itu Fatahillah menambahkan,jembatan ini menjadi titik kritis karena panjangnya mencapai 496 meter dengan ketinggian 40 meter. “Itu yang kritis karena jembatannya panjang. Tapi untuk struktur lainnya bisa tetap berjalan,” ujarnya.

Advertisement

Untuk wilayah Boyolali sendiri pembangunan tol paket III sempat terkendala pembebasan lahan warga. Selain terpaksa menempuh cara eksekusi, salah satu terobosan yang dilakukan agar pembangunan tetap berjalan adalah dengan sistem sewa.

“Yang tanah pibadi ada yang statusnya sengketa keluarga sehingga ada yang disewa ada yang dilewatkan, tapi yang penting konstruksi bisa lewat,” imbuhnya.

Dia menjelaskan, terkait pembebasan lahan, pihaknya beberapa waktu lalu juga sudah membebaskan 72 bidang tanah.

Advertisement

“Ada 72 bidang di Desa Kiringan, Kecamatan Boyolali Kota yang sudah dieksekusi. Sedangkan bangunan yang fasos dan fasum berproses di pemerintah masing-masing yang terkait, termasuk tanah kas desa. Kalau tanah wakaf berproses di Kemenag. Makanya beberapa waktu lalu dibentuk tim Satwapres yang membawahi tiga kementrian terkait hal itu,” beber dia.

Untuk diketahui, gerbang Mojosongo berada di salah satu interchange untuk keluar-masuk tol wilayah Boyolali khususnya dekat kota. Interchange ini nanti akan terhubung dengan Alun-alun Lor di kawasan Tegalwire, Mojosongo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif