Jogja
Kamis, 1 Februari 2018 - 10:56 WIB

Begini Perjuangan Warga di Jogja untuk Nonton Gerhana Bulan Tadi Malam

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penampakan blood moon dari Simpang Lima, Semarang, Rabu (31/1/2018). (JIBI/Semarangpos.com/Istimewa-Himpunan Astronomi Amatir Semarang/HAAS)

Banyak warga yang ingin melihat gerhana total melalui teleskop

 

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA– Banyak warga yang ingin melihat gerhana total melalui teleskop, namun cuaca tidak mendukung sehingga bulan tidak tampak.

Ratusan orang silih berganti mendatangi dua teleskop milik komunitas pegiat astronomi Jogja Astro Club (JAC) yang diteduhkan di emperan gerbang depan Masjid Agung Kauman. Di titik lain, kawasan Alun-Alun Utara Kota Jogja juga banyak didatangi warga.

Advertisement

Ratusan orang silih berganti mendatangi dua teleskop milik komunitas pegiat astronomi Jogja Astro Club (JAC) yang diteduhkan di emperan gerbang depan Masjid Agung Kauman. Di titik lain, kawasan Alun-Alun Utara Kota Jogja juga banyak didatangi warga.

Mereka tak lain, ingin menjawab rasa penasaran untuk melihat gerhana matahari yang secara astronomi terdeteksi pukul 19.51 mencapai puncak gerhana.

Nurul Huda dan Imam dari JAC tak henti-hentinya menjawab pertanyaan masyarakat yang datang tentang kondisi gerhana yang terjadi. Sayangnya karena cuaca yang tidak mendukung sehingga teropong milik komunitas ini tak mampu berbuat banyak.

Advertisement

“Sudah kelihatan belum mas,” ujar salah seorang pria yang baru saja mendekati kerumunan lensa.

“Cuacanya mendung jadi kami belum bisa melihat,” jawab Nurul Huda. Mendapat jawaban tersebut, pria itu langsung meninggalkan kerumunan.

Begitu seterusnya, secara berulang-ulang warga datang dan menanyakan hal yang sama, hingga para anggota JAC pun memberikan jawaban tak jauh berbeda dengan sebelumnya.

Advertisement

Pukul 19.51 WIB yang menjadi awal dari puncak gerhana, Nurul Huda nekat menyalakan teleskop refraktor Vixen ED 80 SF dengan menyambungkannya ke listrik. Sebuah kotak pengendali sebagai remote control dipegang dengan diotak-atik memencet tombol.

Menghadap ke timur, lalu lensa teleskop itu bergerak ke kiri mengarah ke atas dengan kemiringan sekitar 40 derajat. Lensa itu secara otomatis sesuai dengan posisi bulan saat itu, sayangnya langit tertutup mendung dan lensa sama sekali tak dapat mendeteksi.

Para anggota JAC lebih banyak melakukan edukasi kepada warga yang datang karena sebagian besar melontarkan pertanyaan untuk menjawab rasa penasaran terhadap gerhana. Selain itu memberikan informasi tentang pantauan gerhana melalui aplikasi android.

Advertisement

“Sudah antisipasi sebelumnya, kalau hujan kami gunakan untuk edukasi dan respon masyarakat luar biasa banyak yang bertanya,” ungkap Ketua JAC Agung Laksana di sela-sela kegiatan itu.

Muhammad misalnya, sengaja datang dari Ambarketawang, Gamping selain untuk menunaikan Salat Gerhana sekaligus ingin melihat menggunakan teleskop. Tetapi ia memaklumi karena kondisi cuaca yang tidak mendukung.

“Tujuan utama sebenarnya datang untuk shalat lalu bisa ikut lihat lewat teropong tetapi cuaca seperti ini, ya kita syukuri saja,” ungkapnya kepada Harian Jogja di depan Masjid Kauman.

Saat gerimis reda, tim JAC membawa peralatannya ke Alun-Alun utara dengan harapan bulan mau menampakkan diri, namun hasilnya nihil. Hingga pukul 21.30 WIB, kerumunan warga masih berjubel, mereka lebih banyak duduk di besi pembatas Alun-Alun dengan memainkan gawai masing-masing.

Sementara itu Majelis Tarjih dan Tajdid Pengurus Pusat Muhammadiyah bekerjasama dengan Takmir Masjid Islamic Center UAD dan Pusat Studi Astronomi UAD menggelar salat sunah gerhana mulai pukul 19.40 WIB hingga pukul 20.15 WIB. Kemudian dilanjutkan dengan kajian ilmiah yang dilaksanakan sebelum salat gerhana dan salat Isya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif