Soloraya
Selasa, 16 Januari 2018 - 11:00 WIB

WISATA KLATEN : Asyiknya Bermain Ciblon di Umbul Tirta Mulyani Desa Pluneng

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemain permainan Ciblon Tirto Wening mementaskan lagu Lir Ilir di Umbu Tirta Mulyani, Desa Pluneng, Kecamatan Kebonarum, Klaten, Senin (15/1/2018). (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Wisata Klaten, permainan seni budaya ciblon dilestarikan.

Solopos.com, KLATEN — Pemerintah Desa Pluneng, Kecamatan Kebonarum, Kabupaten Klaten, berupaya memopulerkan kembali permainan seni budaya ciblon. Secara rutin, mementaskan permainan air itu setiap tahun dalam kirab budaya setiap akhir Sura.

Advertisement

Ciblon dalam kamus Bahasa Indonesia berarti permainan anak-anak ketika mandi di sungai atau di permandian dengan cara menepak-nepakkan telapak tangan pada permukaan air sehingga menimbulkan bunyi tertentu.

Pada Senin (16/1/2018), suara seperti alat perkusi ditabuh muncul bersahutan mengiringi lagu Lir Ilir di Umbul Tirta Mulyani Desa Pluneng. Padahal, tak satupun alat musik perkusi dimainkan. Sejumlah orang memainkan air umbul sebagai alat musik.

Advertisement

Pada Senin (16/1/2018), suara seperti alat perkusi ditabuh muncul bersahutan mengiringi lagu Lir Ilir di Umbul Tirta Mulyani Desa Pluneng. Padahal, tak satupun alat musik perkusi dimainkan. Sejumlah orang memainkan air umbul sebagai alat musik.

Di umbul itu, sepuluh penari perempuan memainkan air menggunakan kedua tangan merela. Air seolah-olah ditabuh untuk menghasilkan bunyi tak, tung, gong seperti lazimnya alat musik perkusi.

Di tepi umbul, lima ibu-ibu menyanyikan syair tembang dolanan anak-anak seperti Lir Ilir, Padhang Bulan, Jamuran, Lumbung Desa, dan lainnya. Sedangkan, di sekeliling umbul, pengunjung berjajar menikmati pertunjukan di bawah terik mentari.

Advertisement

“Ini adalah permainan seni budaya ciblon. Kami beri nama Ciblon Tirto Wening agar lebih menarik pengunjung ke umbul,” kata Wahyudi, Kepala Desa Pluneng, saat ditemui wartawan di sela-sela acara, Senin.

Dia mengatakan semua pemain dalam ciblon adalah warga Pluneng.

“Ciblon itu kan teknik bermain air menjadi musik. Belum lama ini mereka pentas di Ngawi,” imbuh dia.

Advertisement

Dahulu, ciblon menjadi permainan khas anak pinggir kali. Tak hanya di umbul, di sepanjang kali yang memiliki air jernih dan memiliki kedung (semacam sumur di kali), permainan ciblon terdengar selepas subuh.

“Ini permainan tradisional sebetulnya. Pemerintah Desa Pluneng ingin menghidupkan kembali seni Ciblon Tirto Wening,” kata Lanjar Puryanto, pembina sanggar Ciblon Tirto Wening.

Sejak sepuluh tahun lalu, permainan ciblon dipentaskan setiap bulan purnama. Penari turun ke umbul hanya membawa dua buah lilin beralaskan batok kelapa. Semua penerangan padam selain cahaya lilin itu sendiri. Tiba di umbul, pemain mulai menabuh air menghasilkan suara-suara seperti alat musik perkusi.

Advertisement

Dalam sekali pentas, biasanya mereka memainkan lima buah lagu. Ada teknik khusus agar air yang dipukul atau disibakkan bisa menghasilkan bunyi tertentu.

“Ini membutuhkan banyak tenaga. Maka itu, biasanya setiap lima lagu istirahat dulu.Syair yang dinyanyikan berisi tentang alam. Ke depan, kami ingin sajian ini menjadi lebih baik lagi dengan menggandeng seniman-seniman,” ujar Lanjar.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif