Soloraya
Jumat, 5 Januari 2018 - 06:35 WIB

Inspektorat Sragen Bentuk Tim Investigasi Selidiki Proyek Pasar Sumberlawang

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pekerja merampungkan proyek pembangunan pasar. (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Inspektorat Sragen membentuk tim investigasi untuk menyelidiki penyebab proyek Pasar Sumberlawang tak rampung sesuai target.

Solopos.com, SRAGEN — Inspektorat Sragen membentuk tim investigasi untuk menyelidiki proyek pembangunan Pasar Sumberlawang Sragen senilai Rp14,2 miliar yang tidak rampung sesuai target pada 2017. Tim investigasi itu bertugas untuk mengumpulkan data dan informasi secara menyeluruh dari perencanaan hingga akhir pelaksanaan selama 2017.

Advertisement

Rencana pembentukan tim investigasi itu disampaikan Inspektur Sragen Wahyu Widayat saat dihubungi Solopos.com, Kamis (4/1/2018). Tim tersebut beranggotakan pegawai internal Inspektorat dari lintas inspektur pembantu (irban).

Wahyu menjelaskan dari hasil investigasi itu Inspektorat akan membuat konstruksi hukum dalam pelaksanaan kegiatannya. Langkah itu untuk menghadapi atau sebagai persiapan pemeriksaan eksternal oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). (Baca: Tak Capai Target, Rekanan Proyek Pasar Sumberlawang Sragen Didenda Rp14,2 Juta/Hari)

Advertisement

Wahyu menjelaskan dari hasil investigasi itu Inspektorat akan membuat konstruksi hukum dalam pelaksanaan kegiatannya. Langkah itu untuk menghadapi atau sebagai persiapan pemeriksaan eksternal oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). (Baca: Tak Capai Target, Rekanan Proyek Pasar Sumberlawang Sragen Didenda Rp14,2 Juta/Hari)

“Dalam waktu singkat tim itu segera dibentuk. Tim seperti ini biasa kami bentuk ketika ada kasus-kasus besar dan menjadi perhatian publik. Pembangunan Pasar Sumberlawang merupakan proyek dengan dana besar dan menjadi perhatian publik. Seperti halnya proyek Jembatan Barong pada 2016 juga dibentuk tim serupa,” kata Wahyu.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Sragen Bambang Widjo Purwanto saat ditemui Solopos.com di gedung DPRD Sragen, Kamis siang, menilai progres pekerjaan yang diklaim 86,025% per Kamis (28/12/2017) itu merupakan progres pekerjaan “abal-abal”. Bambang Pur sudah melihat kondisi lapangan bersama Ketua Komisi II DPRD Sragen Sri Pambudi pada Jumat (29/12/2017).

Advertisement

Bambang menyampaikan temuan saat inspeksi mendadak pertama pada Rabu (13/12/2017) juga janggal. Bambang sepekan sebelumnya menerima laporan progres pekerjaan proyek itu sudah sampai 85%. Setelah ia mengecek sendiri ke lapangan ternyata proyek yang volume pekerjaannya masih 0% mencapai 30% atau senilai Rp4 miliar.

“Artinya, laporan progres 85% itu ternyata tidak sesuai kondisi di lapangan. Hal itulah yang saya katakan ‘abal-abal’. Saya sempat mempertanyakan progres itu saat Dinas Perindustrian dan Perdagangan [Disperindag] dipanggil ke DPRD. Perhitungan volume itu dari mana. Ke depan, saya akan melihat kondisi lapangan lagi,” tuturnya.

Bambang juga menemukan kondisi lantai I dikeramik tanpa lantai kerja. Bambang akan melihat spesifikasinya. Kalau dalam spesifikasi lantai I itu ada lantai kerja, keramik itu harus dibongkar. Dia menilai kualitas lantai I itu rawan ambles karena tidak ada lantai kerjanya. (Baca: Pedagang Berharap Pasar Sumberlawang Cepat Rampung)

Advertisement

“Kami menyilakan Disperindag untuk mencari solusi terbaik tetapi jangan sampai melanggar aturan. Konsekuensi sanksi tetap harus dijalankan. Hal itu semata-mata untuk kepentingan pedagang,” tuturnya.

Temuan senada disampaikan Sekretaris Komite Peduli Kebenaran Sragen (KPKS) Bambang Edi S. saat berbincang dengan Solopos.com di Taman Krido Anggo Sragen, Kamis siang. Bambang bersama Agus Triyono dari LSM TOPAN Sragen sempat mengecek proyek Pasar Sumberlawang Sragen pada Rabu (3/1/2018).

Ia menunjukkan video kondisi proyek yang masih 0%. “Berdasarkan fakta itu tidak mungkin progres pekerjaannya sudah mencapai 86%. Saya melihat juga pemasangan keramik pada lantai I juga tanpa lantai kerja. Biasanya ada lantai kerja. Selain itu pekerjaan proyek itu terkesan tergesa-gesa sehingga kualitas pekerjaannya pun patut dipertanyakan,” ujarnya.

Advertisement

Di sisi lain, Bambang menyoroti adanya indikasi perencanaan yang tidak matang dengan adanya addendum sampai tiga kali. Dia berharap ada tim ahli di bidang konstruksi independen supaya bisa terjun ke lapangan untuk menghitung volume pekerjaan sebagai bahan pembanding.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif