Soloraya
Selasa, 2 Januari 2018 - 11:15 WIB

TAHUN BARU 2018 : Car Free Night Solo Dinilai Monoton, Sampah & Acara Jadi Catatan

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga memadati kawasan Bundaran Gladak, di Jl Slamet Riyadi hingga Jl. Jenderal Sudirman, Solo saat car free night (CFN), Sabtu (31/12/2017) malam. (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Tahun Baru 2018 dirayakan dengan agenda car free day.

Solopos.com, SOLO — Penyelenggaraan car free night (CFN) di Jl. Slamet Riyadi Kota Solo yang bertepatan dengan pergantian tahun, Minggu (31/12/2017), dinilai monoton dan kurang bermanfaat. Selain sejumlah acara yang sekadar rutinitas perayaan Tahun Baru, permasalahan seperti sampah dan kenaikan tarif parkir yang ugal-ugalan jadi momok berkelanjutan.

Advertisement

Pegiat lingkungan, Forum Solo Hijau, Miftahul Arozaq, menilai kurangnya peran maupun pengawasan penyelenggara kegiatan untuk bertanggung jawab akan sampah yang dihasilkan saat event besar seperti Tahun Baru ini. Menurutnya, penyelenggara paling tidak memberikan pengawasan sehingga meminimalisasi sampah yang berserakan saat Tahun Baru.

“Penyelenggara bisa menyediakan tong sampah besar saat event di beberapa titik. Selain itu, ada sumber daya manusia [SDM] atau pun tim khusus yang mengawasi sekaligus memberikan edukasi, kalau perlu mengingatkan dengan pengeras suara. Ada pula imbauan ke para pedagang untuk meminimalisasi sampah kemasan,” tuturnya, Senin (1/1/2017).

Menurutnya, diperlukan peran pemerintah untuk memberikan arahan dan kebijakan maupun imbauan kepada masyarakat. Meskipun pendidikan di Indonesia mulai taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi sudah diajarkan membuang sampah pada tempatnya.

Advertisement

Di samping itu, sampah kemasan masih banyak karena para pengusaha dan pendagang memilih memanfaatkan yang sekiranya praktis. Sebenarnya, pada 2016 lalu Forum Solo Hijau sempat mempertemukan aktivisis pengelolaan sampah baik individu, lembaga swadaya masyarakat (LSM), hingga pemerintah dalam jambore bebas sampah. Namun demikian, sampai sekarang persoalan sampah ini belum tertangani dengan baik.

“Ini tidak susah kalau ada kebijakan yang komprehensif untuk pengelolaan sampah, cuma kadang masyarakat enggak mau ribet dan ingin praktis. Di pendidikan, di sekolah banyak siswa yang menggunakan wadah makanan sendiri sehingga ini meminimalisasi adanya sampah kemasan. Akan tetapi, di sektor pengusaha dan pedagang yang tidak diperhatikan dan dibatasi,” imbuhnya.

Di sisi lain, Sejarawan dan Budayawan, Heri Priyatmoko, menilai sederet acara yang digelar saat car free night yang bertepatan Tahun Baru sudah baik lantaran menonjolkan kegiatan bernuansa kultural. Begitu pula berbagai imbauan yang diserukan oleh Pemkot Solo, seperti tidak naik motor, tidak menyalakan kembang api, dan berjalan kaki di Jl. Slamet Riyadi untuk mengurangi kemacetan serta kebisingan.

Advertisement

“Di sini masyarakat bisa saling membaur. Sedangkan soal acara, ada kekhasan yang hendak ditampilkan dan diperlihatkan ke publik luas. Banyak kegiatan yang beraroma budaya Jawa bersanding dengan modern ini menyimbolkan harmoni budaya,” ungkapnya.

Namun demikian, ia mewanti-wanti Pemkot agar jangan sampai terjebak untuk mengejar gebyar perayaan Tahun Baru saja. Dalam hal ini perlu mengedepankan konten acara yang berkualitas. Dengan demikian, Pemkot tak sekadar buang-buang uang untuk memeriahkan pergantian tahun.

Sementara itu, Ketua Fraksi Demokrat Nurani Rakyat (FDNR) DPRD Solo, Supriyanto, menilai agenda ini hanya rutin dan tidak ada tujuan yang jelas dengan terselenggaranya event Tahun Baru. Menurutnya, semestinya Pemkot menggelar acara yang lebih bermanfaat tidak sampai menimbulkan kemacetan.

“Lebih baik di setiap lingkungan menggadakan doa dan penampilan budaya. Pemkot kalau membuat acara semestinya dengan perencanaan serta tujuan yang jelas dan terukur,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif