Kolom
Senin, 1 Januari 2018 - 05:00 WIB

GAGASAN : Menyandingkan Mondok dan Kuliah

Redaksi Solopos.com  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Hari Santri Nasional 22 Oktober 2017 (foto: sulut.kemenag.go.id)

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Senin (23/10/2017). Esai ini karya M. Zainal Anwar, alumnus Madrasah Qudsiyyah Kudus, Jawa Tengah, dan dosen di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta. Alamat e-mail penulis adalah zainalanwar@gmail.com.

Solopos.com, SOLO–Pada 2028-2030 Indonesia diperkirakan akan berada pada puncak bonus demografi (Badan Pusat Statistik, 2015). Kondisi ini membuat komposisi penduduk Indonesia lebih banyak yang berusia produktif, yakni pada usia 15 tahun-64 tahun.

Advertisement

Disebut bonus atau keuntungan tentu saja jika kita mampu memaksimalkan kesempatan dan potensi tersebut. Sebaliknya, jika kita gagal mengantisipasi kondisi demografi tersebut, bukan bonus namanya tetapi bencana demografi yang akan terjadi.

Salah satu persiapan untuk mengoptimalkan kondisi demografi tersebut adalah dengan menyiapkan sumber daya manusia yang andal dan berkarakter. Aspek pendidikan adalah salah satu kunci untuk memaksimalkan agar kondisi demografi di atas menjadi sebuah keuntungan bagi pembangunan bangsa.

Tanpa pendidikan yang memadai dan andal maka bonus demografi bisa berbalik menjadi bencana demografi karena penduduk usia produktif tidak memiliki bekal pengetahuan dan keilmuan yang memadai serta lemah karakter kebangsaannya.

Advertisement

Salah satu ikhtiar untuk membuat demografi bisa berguna untuk bangsa adalah dengan menyiapkan sebaik mungkin sumber daya manusia. Kesiapan pemanfaatan ini merupakan hal yang mutlak dilakukan jika kita ingin menikmati bonus demografi.

Tidak bisa dimungkiri, sebagian dari institusi penting yang bisa membantu menyiapkan sumber daya manusia yang andal dan berkualitas adalah perguruan tinggi dan pondok pesantren. Sejak lama keduanya adalah tempat terbaik untuk menyiapkan warga negara yang andal, berkualitas, dan mampu bersaing dengan sumber daya manusia hasil gemblengan institusi yang lain.

Selanjutnya adalah: Tugas pokok pengajaran dan transformasi ilmu

Advertisement

Tugas Pokok

Dua institusi ini sama-sama memiliki tugas pokok pengajaran dan tranformasi keilmuan, keduanya juga memiliki karakter unik. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang teruji dalam membentuk karakter santri sebagai seorang pembelajar.

Sedangkan perguruan tinggi merupakan arena pendidikan tingkat lanjut setelah menempuh pendidikan jenjang aliah atau sekolah menengah atas guna memperdalam suatu keilmuan yang dengan gigih ingin didalami.

Sebagai sesama lembaga yang bergerak di bidang pendidikan, perguruan tinggi dan pondok pesantren memiliki niat dan tujuan sebangun, yakni memajukan peradaban bangsa melalui transformasi pendidikan.

Advertisement

Dalam menyiapkan diri menghadapi keuntungan demografi, menjadi penting bagi perguruan tinggi dan pondok pesantren untuk bergandengan tangan dan memperkukuh antara satu dengan lainnya.

Kombinasi keduanya akan menjadi kekuatan yang dahsyat bagi tercapainya revolusi karakter bangsa yang merupakan salah satu agenda prioritas pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagaimana tersebut dalam Nawacita.

Pondok pesantren dikenal sebagai salah satu lembaga pendidikan yang tidak hanya memberikan transformasi keilmuan tetapi dalam sejarahnya juga menanamkan karakter cinta tanah air dan bela bangsa. Dua aspek penting dalam pembentukan karakter bangsa sekaligus ciri utama pondok pesantren di Indonesia.

Jika ada lembaga mengaku pondok pesantren tetapi menjadi tempat untuk “melawan” ideologi negara, perlu dipertanyakan kembali roh kepesantrenannya. Perguruan tinggi di Indonesia merupakan arena tempat pendidikan, pengabdian, dan penelitian saling beririsan.

Advertisement

Selanjutnya adalah: Perguruan tinggi tidak hanya tempat menyemai benih keilmuan

Menyemai

Perguruan tinggi tidak hanya tempat menyemai benih keilmuan dan pengajaran untuk menghasilkan suatu produk budaya dan sosial yang unggul tetapi sekaligus mendorong transformasi keilmuan di masyarakat melalui tugas pengabdian.

Sebagai tempat pendidikan lanjutan pasca-aliah atau sekolah menengah atas maka perguruan tinggi menjadi salah satu tempat penting dalam mematangkan keilmuan seseorang. Sementara dari sisi sumber daya manusia, perguruan tinggi dan pondok pesantren adalah agen sosial yang sangat penting.

Keduanya menjadi agen sosial sangat penting dalam memantik perubahan sosial di Indonesia dengan kekayaan tenaga pengajar dan santri atau mahasiswa yang jumlahnya jutaan orang. Ilmu yang mumpuni dengan landasan karakter yang cinta tanah air dan bela bangsa diharapkan menjadi potret demografi masa mendatang.

Advertisement

Untuk memperoleh potret semacam ini tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Saya menyebut pondok pesantren dan perguruan tinggi adalah dwitunggal yang memegang peranan penting pada era milenial.

Dalam menghadapi generasi milenial, podok pesantren dan perguruan tinggi tidak bisa berpuas diri dengan kondisi sekarang tetapi harus terus berinovasi dalam pengajaran, memanfaatkan teknologi, dan aktif berkomunikasi.

Tiga hal ini penting dicermati agar generasi saat ini mau melirik pondok pesantren dan perguruan tinggi. Inovasi dalam pembelajaran diperlukan agar peserta didik tidak cepat bosan dan selalu diajak mengontekstualkan apa yang dipelajari di dunia sehari-hari.

Selanjutnya: Teknologi merupakan hal yang tidak bisa ditinggalkan

Teknologi

Teknologi merupakan hal yang tidak bisa ditinggalkan karena telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat saat ini. Adapun komunikasi yang aktif merupakan ciri utama masyarakat saat ini, orang bisa saling terhubung tanpa ada batas.

Dengan sinergi antara pondok pesantren dan perguruan tinggi maka diharapkan pada masa mendatang akan dihasilkan potret warga Indonesia yang memiliki ilmu yang memadai dengan fondasi cinta tanah air dan bela bangsa.

Warga berilmu tinggi tetapi tidak memiliki karakter cinta bangsa akan menindas bangsanya sendiri dan mengeksploitasi sumber daya alam tanpa batas. Begitu juga warga yang hanya bermodal cinta tanah air dan membela bangsa yang tinggi tetapi tidak berilmu hanya akan melahirkan potret bangsa yang bermental pemalak.

Salah satu upaya untuk menyinergikan pondok pesantren dengan perguruan tinggi bisa dilihat dalam acara sosialisasi sekaligus kampanye ayo mondok wilayah Jawa Tengah di kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta pada pekan lalu.

Kegiatan itu harus ditempatkan sebagai langkah strategis untuk memulai kerja bareng antara pondok pesantren dengan perguruan tinggi sebagai bagian dari ikhtiar menghadirkan warga negara yang memiliki keilmuan yang memadai dan berkarakter cinta tanah air dan bela bangsa.

Pertemuan antara para pengelola pondok pesantren dengan perguruan tinggi diharapkan menjadi silaturahmi keilmuan sehingga menjadi jalan baru untuk meneguhkan duet pondok pesantren dan perguruan tinggi.

Kukuhnya duet ini diharapkan menjadi dasar yang kuat bagi pelaksanaan revolusi karakter bangsa sebagaimana dicita-citakan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sudah saatnya pula gerakan #ayomondok berjalan beriringan dengan gerakan #ayokuliah agar potret demografi masa mendatang menjadi bonus, bukan malah menjadi bencana.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif