Teknologi
Kamis, 28 Desember 2017 - 14:45 WIB

Jepang Luncurkan Satelit untuk Pantau Iklim Bumi 15 Tahun ke Depan

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi JAXA. (Istimewa/Jaxa)

Dua satelit yang dijuluki Shikisai dan Tsubame menjalani misi terpisah.

Solopos.com, TOKYO – Badan antariksa Jepang JAXA telah luncurkan dua satelit ke luar angkasa pada 22 Desember. Satelit tersebut terbang oleh sebuah roket JAXA H-2A, yang meluncur dari Tanegashima Space Center.

Advertisement

Dua satelit yang dijuluki Shikisai (yang berarti warna dalam bahasa Jepang) dan Tsubame (yang berarti burung layang-layang), menjalani misi terpisah. Shikisai, yang juga dikenal sebagai satelit Global Change Observation Mission-Climate (GCOM-C), akan memantau iklim Bumi dari luar angkasa selama 15 tahun ke depan.

“GCOM diharapkan berperan penting dalam memantau sirkulasi air dan perubahan iklim global, serta memeriksa kesehatan Bumi dari luar angkasa,” kata JAXA dalam sebuah pernyataan.

Satelit Shikisai juga membawa instrumen bernama Second Generation Global Imager (SGLI) yang akan melakukan pengukuran permukaan dan atmosfer. Instrumen ini juga akan mempelajari siklus karbon, awan, aerosol, warna samudera, vegetasi, salju, dan es Bumi.

Advertisement

Sementara itu, Tsubame, atau Super Low Altitude Test Satellite (SLATS), akan menguji bagaimana mesin ion bisa menjaga satelit tetap mengambang di udara dalam orbit super rendah, yakni di bawah 300 kilometer.

“Orbit ini adalah wilayah yang belum berkembang dan belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh satelit. Satelit dalam orbit super rendah ini akan bermanfaat, seperti melakukan pengamatan resolusi tinggi untuk pencitra optik, transmisi daya rendah untuk sensor aktif, dan pengurangan biaya untuk pembuatan dan peluncuran satelit,” tutur JAXA.

Karena SLATS berada dalam orbit yang sangat rendah, satelit akan berupaya menahan seribu kali lebih banyak tarikan atmosfer, daripada pesawat luar angkasa pada orbit yang lebih tinggi, seperti Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Advertisement

Untuk mengatasi masalah tersebut, JAXA telah mengadopsi mesin ion. Mesin ion menggunakan bahan bakar 10 kali lebih efisien daripada jet gas.

“Selanjutnya, kami mengembangkan satelit compact untuk meminimalkan hambatan udara, dan akan memastikan bahwa teknologi kami dapat mengorbit di ketinggian super rendah selama jangka waktu yang panjang,” JAXA menjelaskan, sebagaimana dikutip dari International Business Times, Rabu (27/12/2017).

Advertisement
Kata Kunci : JAXA
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif