Soloraya
Kamis, 21 Desember 2017 - 20:35 WIB

Petugas DKK Wonogiri Kunjungi Keluarga Pasien Suspect Difteri di Girimarto, Begini Hasilnya

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anggota Staf Dinas Kesehatan, Agus Hartono, seusai memeriksa kesehatan keluarga pasien suspect difteri, Widianingsih, di Nungkulan, Girimarto, Wonogiri, Kamis (21/12/2017). (Istimewa/Agus Hartono)

DKK Wonogiri mengirim petugas untuk mengetahui kondisi keluarga pasien suspect difteri di Girimarto.

Solopos.com, WONOGIRI — Wijiastuti, 48, warga Nungkulan, Girimarto, mengaku tidak mengalami keluhan sakit di tenggorokan maupun anggota badan lainnya. Ia tetap sehat. Padahal, ia merupakan salah satu orang yang paling sering bersama anaknya, Widianingsih, 27.

Advertisement

Widianingsih merupakan pasien RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri yang dicurigai atau suspect difteri. Berdasarkan pemeriksaan tim dokter RSUD Wonogiri terhadap Widianingsih, gram batang bakterinya positif sehingga dicurigai terdapat bakteri pemicu difteri.

Namun, perlu tahapan panjang untuk menaikkan status suspect (dicurigai) hingga comfirmed (terdeteksi). Bakteri yang menyebabkan difteri sangat mudah menular kepada orang terdekat penderita mulai dari bekas ludah hingga udara saat terjadi percakapan. (baca: Pulang dari Jakarta, Warga Girimarto Suspect Difteri)

Advertisement

Namun, perlu tahapan panjang untuk menaikkan status suspect (dicurigai) hingga comfirmed (terdeteksi). Bakteri yang menyebabkan difteri sangat mudah menular kepada orang terdekat penderita mulai dari bekas ludah hingga udara saat terjadi percakapan. (baca: Pulang dari Jakarta, Warga Girimarto Suspect Difteri)

Widianingsih mulai mengeluh tenggorokannnya sakit pada Kamis (14/12/2017) sore. Saat itu, Widianingsih sedang mengunjungi ibu dan ayahnya yang bekerja di Ibu Kota.

“Dian [sapaan akrab Widianingsih] di Jakarta sejak 6 Desember karena anaknya [cucu Wijiastuti] ingin ketemu saya,” ujar Wijiastuti itu kepad Solopos.com di rumahnya, Nungkulan, Girimarto, Kamis (21/12/2017).

Advertisement

Ia mempunyai anak perempuan berusia 4,5 tahun. Anak tersebut yang menjadi alasan utama, Dian pergi ke Jakarta selama sembilan hari.

Sesampainya di kampung halamannya, Jumat (15/12/2017), Dian sempat dibawa ke dokter umum. Namun, dokter menganjurkan agar dibawa ke RSUD Wonogiri. Keesokan harinya, Sabtu (16/12/2017), Dian menjalani pemeriksaan di RSUD, namun tidak rawat inap.

Selanjutnya pada Selasa (19/12/2017), Dian kembali datang ke RSUD. Kali ini, ia diminta rawat inap. Berdasarkan pemeriksaan RSUD, ia suspect difteri.

Advertisement

“Diminta menginap tiga hari. Tadi petugas Dinas Kesehatan juga datang ke sini, tanya apakah ada anggota keluarga yang sakit atau tidak. Ternyata tidak ada yang sakit. Bahkan, anaknya juga sehat,” ujar bibi Dian, Suliyem, 39, sambil mengelus kepala anak Dian di samping Wijiastuti.

Suliyem mengungkapkan Dian pernah operasi amandel saat berusia tujuh tahun. Selain itu, Dian tidak punya riwayat penyakit parah. “Tadi malam saya di RSUD, kondisinya sudah membaik. Putih-putih di tenggorokannya sudah tidak ada,” bebernya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Wonogiri, Adhi Dharma, menegaskan status Dian masih suspect difteri. Menurutnya, hasil pemeriksaan gram bakteri positif, namun bisa jadi positifnya itu karena ada bakteri mati.

Advertisement

Penjelasan tersebut diketahui setelah berkoordinasi dengan dokter RSUP dr. Kariadi Semarang, Hapsari. “Menurut dokter Hapsari, statusnya masih suspect atau dicurigai. Karena gram bakteri positif belum tentu itu difteri. Kalau ada bakteri mati, hasilnya juga positif,” jelas kepada Solopos.com di kantornya.

Selain itu, harus diperkuat bukti tidak adanya keluarga pasien yang tertular. Apabila benar difteri, orang di sekitarnya akan langsung tertular dengan cepat. “Jadi, hari ini kami terjunkan dua tim yakni ke RSUP dr. Kariadi Semarang dan ke rumah pasien di Girimarto,” lanjutnya.

Adhi Dharma mengapresiasi langkah RSUD Wonogiri yang melakukan penanganan standar protap pasien terkena difteri. Hal itu menurutnya lebih baik sebagai langkah antisipasi. “Apa yang dilakukan RSUD sudah baik dan tepat, daripada kita kecolongan,” ucapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif