Jogja
Selasa, 19 Desember 2017 - 00:20 WIB

KISAH SUKSES : 17 Tahun Wirausaha, Endah Hasilkan 23 Macam Keripik

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu pekerja menggoreng pare untuk dijadikan keripik di rumah produksi sekaligus showroom milik Sri Endah Kurniawati, Minggu (17/12/2017). (Harian Jogja/ Sekar Langit Nariswari)

Sedikitnya 32 jenis keripik sudah dihasilkan oleh Sri Endah Kurniawati dalam 17 tahun berwirausaha.

Harianjogja.com, SLEMAN-Sedikitnya 32 jenis keripik sudah dihasilkan oleh Sri Endah Kurniawati dalam 17 tahun berwirausaha. Keripik pare dengan citarasa pahitnya menjadi andalan dari cemilan yang sudah berhasil menembus berbagai toko modern ini.

Advertisement

Keripik yang diproduksi di kediaman pribadinya di Sorogenen, Kalasan ini terdiri dari veriasi pare, tempe, tempe gembus, jamur, terong, bayam, dll. Adapula peyek dan emping jagung sebagai hasil olahan lainnya.

“Bikin pertama keripik bayam, tapi sekarang penjualan tertinggi pare disusul jamur,” terangnya kepada Harianjogja.com saat ditemui di sela-sela produksi, Minggu (17/12/2017).

Advertisement

“Bikin pertama keripik bayam, tapi sekarang penjualan tertinggi pare disusul jamur,” terangnya kepada Harianjogja.com saat ditemui di sela-sela produksi, Minggu (17/12/2017).

Setiap harinya, paling tidak 10 kilogram pare diiris-iris, digoreng, dan diproses hingga menjadi keripik dengan berbagai rasa dan ukurannya. Sayuran yang dikenal dengan rasa pahitnya itu sukses diolah menjadi cemilan favorit banyak orang.

Uniknya, Endah tak menghilangkan rasa pahit yang menjadi kekhasan sayuran ini. Rasa pahitnya hanya dikurangi sehingga lebih bisa dikonsumsi. Kuncinya ialah saat proses pemanasannya sehingga bisa mengurangi kadar air dan rasa pahitnya.

Advertisement

Disediakan dua rasa keripik pare yakni original dan pedas yang dijual dengan kemasan 140 gram dan harga Rp8.500. Sebelumnya, ia sempat memproduksi rasa balado keju namun penjualannya kurang bagus sehingga produksinya dihentikan.

Berbeda dari pelaku UMKM lain yang mengandalkan pasar mahasiswa, keripik ini paling banyak dibeli oleh mahasiswa. Pasar mahasiswa, tambah Endah, memang menjadi target utama.

Terbukti penjualannya mencapai puncak ketika mahasiswa banyak berada di Jogja. Sebaliknya, pembelinya menurun ketika masuk musim liburan kuliah. “Untuk camilan di kos mungkin ya, yang beli mahasiswa itu stabil sekali,” terangnya.

Advertisement

Untuk mendapatkan bahan baku pare, ia biasa mendapatkannya di pasar dan sejumlah petani yang memasoknya langsung. Berbisnis sejak tahun 2000, Endah sudah punya sejumlah petani langganan yang memenuhi kebutuhan bahan bakunya.

Berbekal tiga pegawai, ia juga sudah memiliki omzet berkisar Rp30 sampai Rp50 juta. Jumlah ini didapat dari penjualannya semua jenis cemilan yang dihasilkannya.

Menurutnya, kunci dari mengembangkan bisnis cemilan ini ialah konsistensi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari segi bahan baku juga tidak boleh sembarangan guna menjaga rasa. Apalagi, banyak produksi serupa sehingga pembeli akan gampang beralih jika rasanya berubah. Kini, cemilannya sudah bisa didapatkan di 34 outlet di seluruh DIY baik besar maupun kecil.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif