Jogja
Sabtu, 16 Desember 2017 - 08:40 WIB

Warga Terdampak Bandara Gelar Doa Bersama, Ini Harapannya

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peletakkan batu pertama pembangunan lahan relokasi warga terdampak bandara dilakukan di Congot, Jangkaran, Temon pada Jumat (17/3/2017). (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Doa bersama untuk masa depan yang lebih baik.

Harianjogja.com, KULONPROGO–Puluhan warga yang berasal dari lima desa terdampak pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA), menggelar doa bersama, Jumat (15/12/2017) sore.

Advertisement

Tokoh Pemuda Warga Terdampak Dusun Sangkretan, Desa Glagah, Bayu Putro Puspo Pangaribowo mengatakan, kegiatan tersebut sengaja mengambil tema Hamemayu Hayuning Wargo.
Mengambil filosofi kehidupan Jawa, warga ingin bisa meresapi makna di dalamnya dengan baik. Yaitu bagaimana warga bisa bersama-sama mengelola pembangunan NYIA, untuk bisa menopang penghidupan bagi warga.

Kegiatan mujahadah diisi dengan membaca tahlil bersama-sama, yasin, berdoa bersama meminta keselamatan, agar pembangunan NYIA bisa berjalan lancar.

“Malam harinya diisi dengan wayangan dengan lakon wahyu sandang pangan. Kami berharap, pembangunan NYIA bisa menjadi wahyu dan sandang pangan [ilham mencari rezeki] bagi warga,” terangnya, Jumat.

Advertisement

Di kesempatan yang sama ia berharap, agar warga yang hingga kini masih menolak pembangunan NYIA, mau duduk bersama pemangku jabatan dan pihak lain terkait, untuk bisa mencari solusi terbaik bagi belitan persoalan, atau harapan yang mereka ingin wujudkan.”Carilah solusi terbaik untuk kalian,” ujarnya.

Baca juga : BANDARA KULONPROGO : Warga: Saya Sudah Kepepet

Tokoh Pemuda dari Dusun Kepek, Desa Glagah, Gatot Prayogo menilai, kegiatan doa bersama tersebut positif untuk diikuti. Karena bisa bersama-sama membangun mental, untuk menjalin kebersamaan yang erat di antara seluruh warga terdampak.

Advertisement

Seperti diketahui lebih dari 30 keluarga hingga kini masih menolak pembangunan bandara. Mereka bertahan di rumah mereka yang saat ini berdiri di lahan bandara. Warga menganggap pembangunan bandara hanya menguntungkan kelas menengah ke atas sementara menyingkirkan kehidupan mereka sebagai petani.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif