Soloraya
Sabtu, 16 Desember 2017 - 21:00 WIB

Desa Gemblegan Klaten Desa Damai, 10 Falsafah Ini Jadi Pegangan

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penari mementaskan Tari Caping dalam acara Deklarasi Desa Damai di Lapangan Garuda Sakti, Desa Gemblegan, Kecamatan Kalikotes, Klaten, Sabtu (16/12/2017). (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Desa Gemblegan Klaten kini menjadi desa damai.

Solopos.com, KLATEN –Desa Gemblegan dideklarasikan sebagai desa damai, Sabtu (16/12/2017), di lapangan garuda sakti desa setempat, Desa Gemblegan Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten. Gemblegan menjadi desa ketiga di Klaten setelah Nglinggi dan Jetis menjadi desa damai.

Advertisement

Dalam deklarasi itu, Direktur Wahid Foundation, Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau yang akrab disapa Yenny Wahid, menyebutkan sepuluh falsafah hidup damai yang dirumuskan Pemerintah Desa Gemblegan dengan nama Dasa Krida Bawana.

Kesepuluh poin itu yakni tansah eling marang dhawuhi sing gawe urip, ora seneng nyilakani marang liyani, guyup rukun ing wargane, dadi tulada ing kabecikan, dan bisa ngerteni dalan kabecikan.

Selain itu, aja duwe pangrasa ala marang wong liya, tresna marang sepadane urip, aja rumangsa bisa tapi bisao rumangsa, aja adigang adigung adiguna, dan gayuh urip sing ia hayu memayuning salira, memayuning sasami, lan memayuning bawana.

Advertisement

“Resep ini yang nanti akan saya bawa ke mana-mana soal falsafah hidup damai,” kata dia, Sabtu.

Yenny menambahkan kasus intoleransi di dunia mengalami peningkatan akhir-akhir ini. Di Amerika Serikat, sebut dia, aksi intoleransi memicu terpilihnya Donald Trump sebagai presiden. Sedangkan, di Australia, setiap warga dengan nama Islam, kesulitan mendapatkan pekerjaan.

“Di Indonesia angka kasus intoleransi ini relatif kecil dibandingkan negara lain. Jadi yang perlu kita lakukan adalah bagaimana memperkecil ini. Hal itu bisa tercipta hanya jika kita punya kohesi sosial,” imbuh Yenny.

Advertisement

Kohesi sosial tumbuh jika satu sama lain saling berbuat baik, saling menghormati, dan menguatkan identitas diri sebagai bangsa Indonesia dengan berlandaskan Pancasila. Pengamalan Pancasila tidak berhenti sekadar di sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa melainkan juga hingga Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Selama masih ada gap antara yang kaya dan yang masih miskin ini akan menjadi potensi munculnya konflik,” beber Yenny.

Kepala Desa Gemblegan, Purwanto, Desa Gemblegan dikenal sebagai desa damai karena hidup rukun antarawarga lintas agama sebagai pelopor perdamaian.

Warga juga memahami dan mengamalkan sepuluh falsafah hidup damai dengan nama dasa krida bawana. “Melalui dasa krida bawana ini menciptakan masyarakat adem ayem ing atine,” kata Purwanto.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif