News
Kamis, 14 Desember 2017 - 14:55 WIB

Perekonomian Indonesia Menguat Seiring Pemulihan Ekonomi Global

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2017 dengan Memperkuat Momentum, Mewujudkan Ekonomi DIY yang Inklusif di Gedung Pusat-Ruang Seminar Lt.3 STIE YKPN, Sleman, Kamis (14/12/2017). (IST/Dok KPw BI DIY).

Pertumbuhan ekonomi domestik kembali menguat pada paruh kedua 2017

Harianjogja.com, SLEMAN-Membaiknya kondisi ekonomi global juga berpengaruh pada perekonomian domestik termasuk ekonomi Indonesia.

Advertisement

Perkembangan ekonomi Indonesia sebagai suatu perekonomian yang terbuka tidak lepas dari berbagai perkembangan eksternal yang terjadi. Penilaian terkini Bank Indonesia menunjukan perbaikan kondisi eksternal yang terjadi telah berdampak positif terhadap pemulihan ekonomi domestik.

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) DIY Budi Hanoto mengungkapkan, momentum pertumbuhan ekonomi domestik kembali menguat pada paruh kedua 2017, setelah sempat tertahan pada semester I 2017. “Kami memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sekitar 5,1 persen tahun ini. Angka pertumbuhan yang patut disyukuri karena lebih baik dibandingkan dengan mayoritas pertumbuhan ekonomi negara berkembang lain,” papar dia dalam rilis yang diterima Harian Jogja, Kamis (14/12/2017).

Baca juga : 2017, Tahun Pemulihan Ekonomi Global

Advertisement

Secara spasial, perbaikan ekonomi terjadi pada sebagian besar wilayah di Indonesia, seiring dengan peningkatan harga komoditas internal. Wilayah Sumatra yang kaya akan minyak dan gas alam (migas) kembali tumbuh setelah mengalami tekanan pada semester I 2017 karena masih rendahnya harga minyak nasional.

Ekonomi Kalimantan bangkit seiring dengan perbaikan harga batu bara serta minyak kelapa sawit (CPO) di pasar global. Peningkatan pertumbuhan ekonomi juga terjadi pada Bali dan Nusa Tenggara yang dipengaruhi perbaikan kinerja produksi ekspor mineral dan tembaga. Adapun perekonomian Sulawesi meningkat seiring dengan peningkatan kinerja mineral nikel. Dari sisi sektoral, perbaikan perekonomian di sejumlah wilayah juga didukung oleh akselerasi sektor konstruksi dan industri pengolahan.

Stabilitas Makroekonomi

Advertisement

Sementara itu, stabilitas makroekonomi relatif terjaga yang tercermin pada defisit transaksi berjalan yang terus menunjukan perbaikan. Terkendalinya permintaan domestik, nilai tukar yang stabil, dan membaiknya ekonomi global berkontribusi positif terhadap perkembangan defisit transaksi berjalan 2017, yang kami perkirakan membaik di bawah 2% dari PDB.

Surplus neraca transaksi modal dan finansial masih tinggi ditopang peningkatan aliran modal asing pada 2017 seiring dengan kuatnya keyakinan investor terhadap ekonomi Indonesia dan meredanya risiko eksternal. Selain itu, cadangan devisa juga tetap kuat yang tercatat US$126,5 miliar  pada akhir Oktober 2017. Besaran itu cukup untuk membiayai 8,6 bulan kebutuhan impor atau 8,3 bulan kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional.

Sementara itu, nilai tukar relatif stabil meskipun sedikit melemah di tengah meningkatnya tekanan dari eksternal sejak akhir September 2017. Hal ini dipicu penguatan mata uang dolar AS secara global, sejalan dengan perbaikan ekonomi AS. Pada Oktober 2017, rupiah melemah 1,63% menjadi Rp13.538 per dolar AS.

Secara rata-rata tahunan, rupiah sampai Oktober 2017 hanya terdepresiasi sekitar 0,36% dengan volatilitas yang terjaga di level 3,2% (ytd), lebih rendah dari negara berkembang lainnya. Perbaikan indikator makroekonomi juga diikuti penurunan risiko fiskal. Defisit APBNP 2017 diperkirakan sebesar 2,92% terhadap PDB, tetapi dengan adanya penghematan alamiah defisit menjadi 2,67% terhadap PDB.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif