Soloraya
Selasa, 12 Desember 2017 - 20:35 WIB

Satu Keluarga Karanganyar Tinggal di Tengah Hutan Berkawan Kalajengking dan Kelabang

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jajaran Polres Karanganyar berkunjung ke "rumah pohon" di Gondangrejo, Karanganyar, Selasa (12/12/2017). (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Satu keluarga di Karanganyar tinggal di rumah pohon di tengah hutan.

Solopos.com, KARANGANYAR — Rumah panggung dibangun menempel di pohon di tengah hutan wilayah Wirun, Plesungan, Gondangrejo, Karanganyar. Rumah berukuran kurang lebih 3 meter x 2,5 meter dari bambu itu ditempati Budiyanto, 35, dan keluarganya.

Advertisement

Pilar rumah terbuat dari bambu. Setiap orang yang ingin masuk ke “rumah pohon” itu harus menaiki tujuh anak tangga. Begitu pintu utama dibuka, pengunjung hanya mendapati dua kasur yang di atasnya ditutup tikar kombinasi warna biru-putih.

Ruangan itulah yang difungsikan sebagai tempat tidur bagi Budiyanto beserta istrinya, Marmi, 32, dan dua anaknya, Risma Ayu Soraya, 9, dan Redi Gebi Hidayat, 8. Lantaran ruang di dalam rumah itu sempit, Budiyanto menempatkan tempat memasak di luar rumah.

Advertisement

Ruangan itulah yang difungsikan sebagai tempat tidur bagi Budiyanto beserta istrinya, Marmi, 32, dan dua anaknya, Risma Ayu Soraya, 9, dan Redi Gebi Hidayat, 8. Lantaran ruang di dalam rumah itu sempit, Budiyanto menempatkan tempat memasak di luar rumah.

Keperluan mandi cuci dan kakus (MCK) dilakukan di sungai belakang rumah. Tak jauh dari tempat tinggal itu juga berjajar beberapa pakaian yang dijemur Marmi.

Selasa (12/12/2017) siang itu, Solopos.com bersama tim Polres Karanganyar berkunjung di rumah Budiyanto. Rumah ini berjarak sekitar satu kilometer dari jalan Mojosongo (Solo)-Gondangrejo (Karanganyar).

Advertisement

“Rumah ini sudah saya tempati sekitar enam bulan lalu. Saya dan anggota keluarga jauh dari keramaian setiap harinya. Anak-anak juga jarang bersosialisasi dengan teman-teman sebaya karena memang tak ada orang di sini. Anak-anak juga tak sekolah karena tak ada duit,” kata Budiyanto.

Sehari-hari Budiyanto bekerja sebagai tukang pengumpul rongsokan. Penghasilan yang Budiyanto rata-rata Rp30.000 per hari. Budiyanto yang asli Wirun itu mengaku sudah tak memiliki tempat tinggal.

Lalu oleh tokoh masyarakat setempat, Budiyanto dibuatkan “rumah pohon” yang jauh dari keramaian setengah tahun lalu. “Karena di tengah hutan seperti ini, saya sering menemui hewan liar, seperti kalajengking dan kelabang. Kaki saya pernah dicokot [disengat] kelabang. Sedangkan istri saya pernah dicokot kalajengking,” katanya.

Advertisement

Istri Budiyanto, Marmi, 32, mengaku terpaksa tinggal di “rumah pohon” yang terbuat dari bambu itu karena mengikuti perintah suaminya. Marmi mengaku memiliki rumah di kawasan Kragan, Gondangrejo. “Di sini, saya hanya ikut suami,” katanya.

Kepala Seksi (Kasi) Ketenteraman dan Ketertiban (Trantib) Kecamatan Gondangrejo, Sarjono, mengaku sudah sering berkunjung ke rumah Budiyanto di Plesungan. Sejauh ini, pemerintah desa (pemdes) dan kecamatan selalu melakukan pendekatan persuasif ke Budiyanto agar bersedia pindah ke rumah istrinya yang lebih layak.

“Persoalan di keluarga ini, Pak Budiyanto itu orangnya keras. Dia tak ingin pindah. Kalau istri dan dua anaknya itu sudah bersedia pindah. Nah, sekarang ini ada kunjungan pak Kapolres,” kata Sarjono.

Advertisement

Kapolres Karanganyar, AKBP Henik Maryanto, sempat berbincang dengan Budiyanto. Hasil perbincangan yang kurang dari lima menit itu membuahkan hasil. Budiyanto yang selama ini berwatak temperamental bersedia pindah dalam waktu dekat.

“Tadi [kemarin], yang bersangkutan [Budiyanto] sudah bersedia dipindah. Rencananya, berada di Kalikebo [Gondangrejo]. Nanti akan difasilitasi lagi oleh pemerintah kecamatan. Kami akan terus memantau keluarga ini. Yang paling penting, anak-anak dari Pak Budiyanto ini harus sekolah. Agar mereka memiliki masa depan yang lebih baik,” kata AKBP Henik Maryanto.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif