News
Selasa, 12 Desember 2017 - 18:35 WIB

EKONOMI INDONESIA : Pengusaha Selalu "Wait & See", Jokowi: Mau Sampai Kapan?

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Presiden Jokowi didampingi Menkopolhukam Wiranto (kiri) dan Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir (kanan) di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (7/12/2017). (JIBI/Antara/Puspa Perwitasari)

Presiden Jokowi menyindir sikap pengusaha yang terus wait and see ekonomi Indonesia menjelang tahun politik.

Solopos.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku heran dengan sikap pengusaha yang selalu mengatakan wait and see untuk merealisasikan investasi. Terlebih sejak 3 tahun terakhir, sudah ada Pilpres 2014, 150 Pilkada pada 2015, 101 Pilkada pada 2016, 171 pilkada dalam 2 tahun ke depan, dan Pilpres 2017.

Advertisement

“Pertanyaan saya sekarang, kalau mau wait and see, sampai kapan?” kata Presiden Jokowi saat memberikan pidato dalam acara Sarasehan Ke-2 100 Ekonom Indonesia, Selasa (12/12/2017).

Di hadapan para ekonom tersebut, Presiden meminta untuk menghilangkan persepsi bahwa kegiatan politik dapat mengganggu ekonomi. Seyogyanya, politik dan ekonomi tetap berjalan secara berdampingan.

Dia berkelakar soal pidato Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati selaku salah satu penyelenggara acara, yang menyampaikan mengenai ekonomi di tahun politik dalam pidatonya. “Ya itu sebetulnya bukan menakut-nakuti, tetapi membuat takut,” ujar Presiden dan langsung membuat hadirin tertawa.

Advertisement

Namun, menurutnya kegiatan politik justru mampu memberikan kontribusi pertumbuhan terhadap perekonomian nasional. Presiden mengaku sempat diberitahu oleh Darmin Nasution, Menko Perekonomian, bahwa adanya kontestasi politik justru bisa menambah 0,2%-0,3% untuk pertumbuhan ekonomi.

Kenaikan laju dipengaruhi oleh tingginya belanja iklan, spanduk, kaos, hingga sembako dan bahan pangan. Bahkan, Presiden sengaja menyebut Darmin sebagai ekonom untuk meyakinkan para ekonom yang hadir terkait dengan kesahihan pendapat tersebut.

Tak hanya itu, Presiden juga kembali memamerkan sejumlah capaian positif di bidang ekonomi yang diraih pada masa pemerintahannya bersama Jusuf Kalla (JK). Lembaga-lembaga internasional seperti Moody’s, Fitch Ratings, dan Standard & Poor’s memberikan predikat layak investasi kepada Tanah Air.

Advertisement

Kemudian, lanjutnya, peringkat daya saing global Indonesia meningkat dari nomor 41 menjadi nomor 36 dari 137 negara. Selain itu, peringkat kemudahan berusaha di Indonesia juga meningkat dari peringkat 120 pada 2014, kini mampu melejit hingga peringkat 72.

Melalui paparan tersebut Presiden hendak mengajak pelaku usaha untuk tetap optimis. Kenaikan peringkat juga memperlihatkan kalau negara lain percaya terhadap dengan kondisi ekonomi nasional. “Mengapa malah kita sendiri tidak optimis?” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif