Jogja
Sabtu, 4 November 2017 - 14:40 WIB

Ini Dia Penyakit yang Bikin Dana BPJS Terkuras

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pelayanan di kantor BPJS Kesehatan. (JIBI/Solopos/Antara)

Sejumlah penyakit katastropik  menyedot anggaran ratusan juta sekali operasi.

Harianjogja.com, SLEMAN— Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Cabang Sleman Kulonprogo mencatat mismatch alias ketidaksesuaian antara pendapatan iuran BPJS dengan biaya pelayanan kesehatan dari Januari hingga September 2017 mencapai Rp543,7 miliar. Sejumlah penyakit jadi biang kerok terkurasnya dana BPJS.

Advertisement

Kanit Hukum Komunikasi Publik dan Kepatuhan BPJS Kesehatan Sleman, Yuni Wibawa menjelaskan, tingginya mismatch di wilayah Sleman dan Kulonprogo terjadi lantaran biaya yang dibayarkan oleh BPJS Kesehatan jauh lebih besar dibandingkan iuran yang diterima dari peserta. Tercatat sejak Januari hingga September 2017, iuran peserta yang diterima badan tersebut sebesar Rp226,8 miliar sementara biaya pelayanan kesehatan pada periode yang sama sebesar Rp770,5 miliar. Alhasil BPJS “merugi” hingga Rp500 miliar lebih.

Kondisi tersebut terjadi dikarenakan Badan ini juga melayani rumah sakit rujukan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito. Rumah sakit ini menjadi pusat rujukan untuk peserta dari DIY, Magelang, Kebumen, bahkan sampai Purwokerto dan Pacitan, Jawa Timur. “Peserta yang membayar iuran di daerahnya, dirujuk ke Sardjito dan kami yang membayar klaimnya, ” jelas Yuni Wibawa, Jumat (3/11/2017).

Di wilayah Sleman sendiri tercatat sebanyak 7.761 pasien yang memiliki penyakit katastropik alias penyakit berbiaya tinggi. Dari jumlah tersebut 80% merupakan pasien gangguan jantung. Sisanya adalah penderita kanker (12%),  strok (7%), gagal ginjal (1%) dan sisanya penyakit hepatitis. Jumlah tersebut masih terbilang kecil jika dibandingkan dengan capaian secara nasional. “Sekali cuci darah, biayanya satu juta-an. Operasi penyakit jantung, biayanya bisa mencapai Rp200 juta. Itu gratis dibayar BPJS,” ujarnya.

Advertisement

Sedangkan saat ini belum semua masyarakat di Sleman dan Kulonprogo tercover BPJS Kesehatan. Capaian kepesertaan per September 2017 baru sekitar 81% atau sebesar 1,2 juta peserta. Menurutnya, peningkatan jumlah kepesertaan
juga efektif untuk menutup mismatch anggaran karena sistem dalan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini adalah gotong royong. “Kami menargetkan kepesertaan 100% pada 2019 mendatang, ” katanya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif