Soloraya
Selasa, 31 Oktober 2017 - 22:35 WIB

Langka, Warga Kauman Solo Cari Elpiji 3 Kg sampai Solo Baru

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi elpiji 3 kg alias gas melon. (JIBI/Bisnis/Dok.)

Warga Kauman, Solo, kesulitan mendapatkan elpiji dalam beberapa waktu terakhir.

Solopos.com, SOLO — Masyarakat di sejumlah wilayah Kota Solo kesulitan mendapat elpiji 3 kilogram (kg). Mereka terpaksa mencari sampai keluar kecamatan bahkan hingga ke Solo Baru, Sukoharjo. Harga di tingkat pengecer pun mencapai Rp23.000 per tabung.

Advertisement

Salah satu warga Kauman, Pasar Kliwon, Muslimah, menyampaikan sudah sekitar dua bulan ini kesulitan mendapatkan elpiji. Dia mengatakan tujuh warung kelontong di dekat rumahnya sering kekosongan stok sehingga ia terpaksa membeli di Losari, Semanggi, Serengan, hingga Solo Baru, Sukoharjo.

“Kalau beli harga Rp22.000-Rp23.000 per tabung. Bahkan tetangga ada yang pakai arang untuk masak karena punya usaha warung makan dan hanya punya satu tabung gas, padahal jualan kudu tetap jalan,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (31/10/2017).

Advertisement

“Kalau beli harga Rp22.000-Rp23.000 per tabung. Bahkan tetangga ada yang pakai arang untuk masak karena punya usaha warung makan dan hanya punya satu tabung gas, padahal jualan kudu tetap jalan,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (31/10/2017).

Muslimah mengaku memiliki tiga tabung elpiji 3 kg dan satu tabung elpiji 12 kg. Tabung elpiji 12 kg dibelinya waktu mulai ada kelangkaan elpiji 3 kg beberapa waktu lalu dan digunakan jika sulit mendapat gas melon.

Hal tersebut supaya usaha kateringnya masih tetap berjalan. Meski begitu, usaha kateringnya belum terlalu besar karena yang dilayani adalah permintaan katering untuk karyawan.

Advertisement

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, harga elpiji di daerah Kerten, Laweyan, juga mencapai Rp22.000-Rp24.000 per tabung. Ira, pengecer di Pasar Nongko, mengaku kesulitan mendapat pasokan karena hanya mengandalkan kiriman yang datangnya pun enggak pasti.

Sedangkan pengecer lainnya, mengaku pasokan lancar dengan tiga kali pengiriman dalam sepekan sekitar 20 tabung-30 tabung sekali pengiriman. “Setelah datang itu cepat habis tapi kami usaha minimal bisa untuk dua hari karena sudah ada beberapa langganan dari warung makan,” kata Yanto.

Ketua Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Soloraya, Budi Prasetyo, menyampaikan konsumsi masyarakat mengalami kenaikan karena musim kemarau sehingga penjualan dan produksi UMKM pun meningkat. Selain itu, ditemukan juga penggunaan elpiji 3 kg untuk pengairan sawah.

Advertisement

Kepala Dinas Perdagangan Solo, Subagiyo, menyampaikan selama ini belum ada temuan dari tim yang mengecek kondisi pasokan dan harga elpiji di lapangan. Dia segera berkoordinasi dengan tim Hiswana untuk mencari solusi masalah tersebut.

Sales Executive Elpiji Soloraya Pertamina Jawa Bagian Tengah (JBT), Adeka Sangtraga Hitapriya, mengatakan tidak ada pengurangan alokasi. Menurut dia, yang ada ada pengendalian ke pengecer supaya masyarakat beralih ke pangkalan.

“Alokasi yang disalurkan di Solo masih sama, 700.000-an tabung per bulannya dengan alokasi harian sekitar 27.000 tabung,” ujarnya.

Advertisement

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng, Teguh Dwi Paryono, menyampaikan tahun ini alokasi elpiji 3 kg telah digunakan sekitar 70% dari alokasi setahun 311 juta tabung. Menurut dia, Pemprov Jateng mengajukan tambahan alokasi tahun ini sebanyak 10% dibanding tahun lalu tapi hanya terealisasi sekitar 3%.

Selain itu, dia menilai pola konsumsi masyarakat selama ini belum bijak karena banyak masyarakat ekonomi menengah yang masih menggunakan elpiji 3 kg dan gas melon digunakan untuk pengairan yang bukan peruntukannya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif