Soloraya
Sabtu, 21 Oktober 2017 - 12:00 WIB

DBD WONOGIRI : Dinkes Ajak Warga Musnahkan Sarang Nyamuk

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk penyebar DBD (JIBI/dok)

Dinkes mengingatkan warga soal bahaya penyakit DBD.

Solopos.com, WONOGIRI — Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri mengimbau warga kabupaten setempat mewaspadai penyakit demam berdarah dengue (DBD) di awal musim penghujan ini.

Advertisement

Warga diminta menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk memutus siklus kehidupan nyamuk aedes aegypti yang dimungkinkan sudah bertelur saat musim kemarau. Telur nyamuk pembawa virus dengue penyebab DBD itu tetap bisa hidup hingga empat bulan meski sebelumnya tidak terkena air.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri, Supriyo Heryanto, saat ditemui di kantornya, Jumat (20/10/2017), menyampaikan kasus DBD biasanya mulai ditemukan akhir Oktober atau awal penghujan seperti saat ini.

Dia menyebutkan langkah yang paling efektif adalah memberantas sarang nyamuk dengan melakukan 3M plus, yakni menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, memanfaatkan barang bekas yang berpotensi dijadikan tempat perkermbangbiakan nyamuk penular DBD, dan sebagainya.

Advertisement

Pembersihan tempat penampungan air, seperti bak mandi, sangat penting. Bak mandi yang jarang digunakan pun sebaiknya tetap dibersihkan secara menyeluruh untuk mematikan telur aedes aegypti. Dinding bak mandi yang seperti itu dimungkinkan dijadikan tempat bertelur nyamuk berwarna belang itu sejak kemarau.

“Telur nyamuk [aegypt] bisa tetap hidup selama empat bulan meski tidak terkena air selama tempat bertelur lembab. Jadi, kalau bak mandi yang sebelumnya jarang dipakai, kalau mau dipakai sebaiknya dibersihkan secara menyeluruh dulu. Itu untuk memastikan telur nyamuk yang menempel mati,” kata Supriyo.

Langkah lain yang perlu diperhatikan adalah melindungi diri dari gigitan nyamuk, terutama saat nyamuk aedes aegypti beraktivitas. Biasanya nyamuk tersebut beraktivitas pagi pukul 06.00 WIB-10.00 WIB dan sore pukul 15.00 WIB-18.00 WIB.

Advertisement

Berkaca pada temuan kasus tahun lalu, penderita demam berdarah terdapat 215 orang dan lima di antaranya meninggal dunia. Penderita terbagi menjadi tiga, yakni 89 penderita demam dengue (DD), 55 penderita DBD, dan 71 dengue shock syndrome (DSS).

DD merupakan fase saat penderita sudah terkena virus dengue. DBD tahapan saat penderita DD yang sudah mengalami plasma darah pecah. Sedangkan DSS fase paling parah saat penderita mengalami komplikasi DBD. Fase DSS dapat berakibat kematian jika penderita terlambat ditangani.

“Tahun-tahun sebelumnya kasus DBD puncaknya [paling banyak ditemukan] pada Januari. Kalau tahun ini hanya tercatat hanya ada empat penderita. Kalau ada yang tiba-tiba demam tinggi lalu turun pada hari berikutnya, segera periksakan saja. Itu gejala menderita DBD,” imbuh Supriyo.

Kepala Desa (Kades) Singodutan, Selogiri, Wonogiri, Karsanto, mengatakan antipasi DBD di desanya dilakukan rutin tiap bulan. Kader kesehatan selalu mengecek tingkat populasi jentik nyamuk di tempat penampungan air milik rumah warga. Hingga saat ini tidak ada warga dengan gejala DBD.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif