News
Rabu, 18 Oktober 2017 - 21:20 WIB

Bulu Ayam Jogja Bisa Sampai Negeri Jiran

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemilik usaha kerajinan di Pasar Beringharjo Timur, Endrayani sedang menata produk aksesoris bulu ayam yang dipajang di lapaknya, Selasa (17/10/2017). (Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Dalam sehari, setidaknya ia bisa meraup pendapatan minimal Rp1 juta. “Nek dipikir, cuma bakulan seperti ini ya, tapi alhamdulilah jalan terus”
Harianjogja.com, JOGJA-Pasar Beringharjo menyajikan beragam kebutuhan masyarakat, mulai kebutuhan pokok seperti sandang dan pangan sampai kebutuhan tersier seperti barang kerajinan.
Salah satu produk kerajinan yang dapat ditemui di lantai tiga Pasar Beringharjo Timur adalah aksesoris dari bulu ayam. Salah
satu pedagang Endrayani mengatakan, saat usahanya masih dipegang oleh kakek dan ayahnya, produk dari bulu yang dijual hanya dalam bentuk kemoceng.
Warnanya juga monoton hitam kecoklatan seperti kemoceng pada umumnya yang berasal dari bulu ayam jago. Namun, setelah ayahnya meninggal dan usaha produk kerajinan itu diteruskan Endra dan beberapa saudara kandungnya sejak dua tahun lalu, inovasi bulu ayam berhasil ia ciptakan.
“Ada yang tanya aksesoris dari bulu ayam. Waktu itu belum ada. Tapi dari pertanyaan itu justru menjadi inspirasi saya untuk membuat,” kata Endra pada Harian Jogja, Selasa (17/10/2017).
Aksesoris tersebut berupa rangkaian bulu ayam yang memanjang sampai berukuran dua meter. Biasanya, aksesoris ini dikalungkan di leher sebagai pemanis saat tampil dalam ajang pertunjukan seperti fashion show. Ada pula bulu ayam yang hanya dijual dalam bentuk ikatan. Biasanya model ini digunakan untuk mempercantik kostum tari pemain kuda lumping atau jathilan.
Perempuan 39 tahun asal Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman ini mengatakan, ia memilih warna yang mencolok, seperti merah, kuning, hijau, dan biru. “Keunggulan kami dibandingkan yang lain ya pada warna yang mencolok,” kata dia.
Ia mengaku, banyak perubahan yang terjadi sejak usaha turun-temurun tersebut ia kelola. Untuk produk kemoceng misalnya, ia mencoba mengkreasikan dengan menghadirkan kemoceng mini ukuran satu telapak tangan dewasa. Kemoceng mini ini dijual Rp10.000 dan kemoceng besar Rp17.500. Sementara bulu-bulu panjang ukuran dua meter dijual Rp35.000.
Endra mengakui, ia memang hanya disetori dari pengrajin. Namun, untuk ide dan kreasinya, dia sendiri yang menentukan. “Saya pengen ini, ya dibuatin [oleh pengrajin],” ujar dia.
Endra sendiri tidak hanya menjual aksesoris bulu tetapi juga produk kerajinan dari rotan, bambu, dan kayu. Khusus produk
bulu, ia bisa menjual sampai Malaysia, Papua, Makassar, Surabaya, Jakarta, dan Bandung. Beberapa pembeli ada yang memesan untuk dijual lagi. Dalam sehari, setidaknya ia bisa meraup pendapatan minimal Rp1 juta. “Nek dipikir, cuma bakulan seperti ini ya, tapi alhamdulilah jalan terus,” tutur dia.
Atas ketelatenannya memasarkan produk baik secara offline maupun online, ia berhasil menembus salah satu toko kerajinan besar di Jogja untuk menjadi pemasoknya. Bahkan untuk produk kerajinan berupa perlengkapan masak seperti talenan kayu, ia menjadi distributor beberapa rumah makan terkenal di Jogja. “Waktu ospek kemarin juga dapat pesanan 500 caping dari mahasiswa UGM,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci : Harian Jogja
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif