News
Jumat, 13 Oktober 2017 - 07:55 WIB

Guru Diminta Manfaatkan Buku Elektronik, Kenapa?

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala Disdikpora DIY Kadarmanta Baskara Aji, saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (8/4/2016).(Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Masih banyak orang suka membaca buku, saya juga lebih suka membaca buku daripada di layar. Tetapi harus ada pembiasaan

Harianjogja.com, JOGJA-Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY mengimbau kepada sekolah untuk memanfaatkan buku elektronik yang telah disediakan pemerintah karena lebih memudahkan. Selain itu, sebagian besar referensi kurikulum 2013 sulit ditemukan versi cetaknya.

Advertisement

Kepala Disdikpora DIY Kadarmanta Baskara Aji menjelaskan, banyak hal yang membuat sekolah atau dalam hal ini guru harus menggunakan buku elektronik. Untuk menerapkan kurikulum 2013, sebagian besar bukunya tersedia dalam bentuk elektronik sehingga sangat susah ditemukan versi cetak.

Realitas itu menjadi dorongan tersendiri bagi para guru untuk menggunakan buku elektronik dalam mendukung proses pembelajaran. Di sisi lain, menggunakan buku elektronik tergolong praktis dan memudahkan, sehingga siswa maupun guru tidak perlu membawa buku fisik kemana-mana, melainkan cukup melalui ponsel maupun laptop yang
dimiliki.

“Kebutuhan, sehingga kita tidak perlu membawa buku banyak kemana-mana, ada yang digital, itu lebih mudah, bisa di HP, laptop, tinggal membiasakan. Masih banyak orang suka membaca buku, saya juga lebih suka membaca buku daripada di layar. Tetapi harus ada pembiasaan, buku pelajaran e-book sangat memberikan kesempatan kepada guru dan murid untuk bisa membawa buku kemana saja nggak perlu bawa ransel kandel cukup dengan gadget,” terangnya kepada Harian Jogja, Rabu (11/10/2017).

Advertisement

Aji memastikan banyak sekolah di DIY yang telah menggunakan buku elektronik, bahkan hampir keseluruhan karena sudah menjadi kebutuhan. Ia menyadari ada sebagian kecil guru yang mungkin belum terbiasa dengan penggunaan buku elektronik.

Hal itu sering dikonotasikan dengan kelompok guru yang sudah tua. Tetapi, kata dia, tidak selamanya demikian, di DIY sudah banyak guru berusia tua yang justru bersemangat
menggunakan gadget karena memudahkan.

“Sekolah mereka yang kurang buku harus membuka e-book, karena hampir nggak ada percetakan yang mencetak kurikulum 2013, mau tidak mau harus di e-book. Bisa download atau tetap dalam bentuk online. Tidak semua sepuh identik gaptek, yang muda gaptek juga ada, jadi kita tidak boleh menjustifikasi,” ungkap dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif