Soloraya
Kamis, 12 Oktober 2017 - 07:35 WIB

PERTANIAN WONOGIRI : Tak Kunjung Hujan, Petani Pracimantoro Gelar Salat dan Doa Bersama

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang petani, Bukhori, 45, melubangi tanah di lahan yang digarapnya di Dusun Suruhan, Gambirmanis, Pracimantoro, Wonogiri, Kamis (5/10/2017). Sedianya dia menanam jagung setelah hujan kembali turun. (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Para petani di Pracimantoro, Wonogiri, waswas karena sudah dua pekan tak turun hujan.

Solopos.com, WONOGIRI — Petani yang menanam jagung dan kacang tanah di Pracimantoro, Wonogiri, cemas karena sejak hujan pertama turun dua pekan lalu hingga kini hujan tak kunjung turun. Bibit yang telanjur mereka tanam terancam tak tumbuh dan mereka merugi.

Advertisement

Para petani berencana menggelar salat atau doa bersama meminta hujan agar segera turun di desa mereka. Petani berharap hujan mengguyur agar bibit jagung dan kacang tanah yang sudah ditanam di lahan seluas ratusan hektare (ha) tidak mati. Bibit berpotensi mati jika beberapa hari ke depan desa wilayah selatan Pracimantoro tidak diguyur hujan. (Baca: Hujan 5 Hari, Petani Pracimantoro Ramai-Ramai Tanam)

Ketua Gabungan Kelompok Tani Gambir Makmur, Gambirmanis, Pracimantoro, Sugeng Priyono, kepada Solopos.com, Rabu (11/10/2017), menyampaikan meski di sejumlah wilayah Wonogiri hujan sudah turun, Gambirmanis belum diguyur hujan selama dua pekan terakhir.

Advertisement

Ketua Gabungan Kelompok Tani Gambir Makmur, Gambirmanis, Pracimantoro, Sugeng Priyono, kepada Solopos.com, Rabu (11/10/2017), menyampaikan meski di sejumlah wilayah Wonogiri hujan sudah turun, Gambirmanis belum diguyur hujan selama dua pekan terakhir.

Kondisi tersebut membuat petani yang sudah menanam bibit jagung yang ditumpangsarikan dengan padi atau jagung ditumpangsarikan dengan kacang tanah, sejak dua pekan lalu, semakin ketir-ketir. Apabila hujan tak mengguyur hingga beberapa hari ke depan bibit jagung dan kacang tanah bisa mati.

“Kami sudah berbicara dengan pemerintah desa membahas soal ini. Ada rencana menggelar salat atau doa bersama untuk meminta hujan supaya kejadian beberapa tahun lalu tak terulang lagi. Kala itu petani menanam bibit jagung dan kacang tanah dua kali, karena sebelumnya semua bibit mati lantaran tak mendapat air,” kata Sugeng.

Advertisement

Sugeng menjelaskan bibit jagung dan kacang tanah akan mati apabila tak mendapat air. Sebelumnya bibit ditanam di tanah basah akibat hujan deras pertama turun dua pekan lalu.

Dari total luas tanam yang mencapai 914 ha, separuhnya ditanami jagung dan kacang tanah. Petani berani menanam bibit dengan spekulasi akan terus terjadi hujan.

Di luar dugaan, pada hari berikutnya tak turun hujan lagi hingga sekarang. Bibit jagung yang telanjur ditanam di tanah basah berpotensi tepo atau menjamur hingga akhirnya mati.

Advertisement

Sedangkan bibit kacang tanah bisa mati karena calon tunas menjadi kering. Kemungkinan lainnya bibit kacang tanah dimakan semut.

“Sebenarnya saat itu penyuluh pertanian sudah meminta kami menanam bibit jika hujan sudah turun secara rutin. Tapi karena pengin cepat menanam akhirnya para petani, termasuk saya, memberanikan diri menanam bibit. Semoga hujan cepat turun, jangan sampai menanam dua kali lah,” imbuh Sugeng.

Dia melanjutkan petani yang mengalami kondisi serupa tak hanya di Gambirmanis. Menurut dia petani lain di desa Watangrejo, Petirsari, Sumberagung, dan Joho juga bernasib sama.

Advertisement

Kades Gambirmanis, Sunardi, mengatakan jika bibit mati, petani bisa rugi berjamaah. Ancaman kerugian cukup besar mengingat harga bibit jagung naik Rp5.000/kg-Rp20.000/kg. Sebelumnya harganya Rp60.000/kg, kini mencapai Rp65.000/kg hingga Rp80.000/kg.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif