Jateng
Selasa, 3 Oktober 2017 - 18:50 WIB

KAMPUS DI SEMARANG : Di Unissula, Gus Mus Ajak Hindari Saling Menyalahkan

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Budayawan yang juga pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibien Rembang, K.H. A. Mustofa Bisri (tengah) tampil dalam Seminar Kebangsaan di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Senin (2/10/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Istimewa-Humas Unissula)

Kampus Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) di Semarang mengundang K.H. A. Mustofa Bisri alias Gus Mus tampil dalam seminar kebangsaan.

Semarangpos.com, SEMARANG — Budayawan yang juga pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibien Rembang Kiai Haji A. Mustofa Bisri yang akrab disapa Gus Mus, Senin (2/10/2017), didaulat tampil sebagai pembicara Seminar Kebangsaan di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang. Di kampus perguruan tinggi swasta di Kota Semarang itu, ia mengajak masyarakat menghindarkan diri dari sikap saling menyalahkan.

Advertisement

“Orang Islam itu terbagi dua, yakni yang njaba njero (luar dalam) namanya mukmin dan yang luar tok namanya munafik,” tuturnya. Namun, imbuh Gus Mus, tidak kemudian bisa dengan mudah mengatakan seseorang yang masih berada dalam koridor sebagai orang Islam tersebut sebagai munafik yang definisinya adalah percaya di luar tetapi tidak di dalam.

Di sisi lain, ia mengingatkan manusia hanya bisa melihat sesuatu sebatas dari luarnya atau lahiriah, sementara apa yang di dalam atau bersifat batiniah tidak bisa sehingga tidak semestinya kemudian saling menyalahkan. “Kalau ada orang yang dengan mudah mengatakan orang lain munafik, menurut saya terlalu angkuh. Sebab, tidak ada orang yang tahu dalamnya orang. Kalau ciri-cirinya, iya, sudah diberitahu Rasulullah,” wantinya.

Menurut dia, ulama, ustaz, akademisi atau siapapun yang berbicara tentang Islam pasti mengatakan pedomannya adalah Alquranul Karim, tetapi ia lalu mempertanyakan apakah kelakuan dan perbuatannya sudah sesuai dengan apa yang dipedomani. “Sekarang ini, yang namanya survei kan luar biasa. Pemilihan umum kepala daerah (pilkada), pemilihan presiden (pilpres) belum selesai sudah bisa mengetahui siapa pemenangnya. Tulung itu disurvei umat Islam di Indonesia,” katanya.

Advertisement

Yang perlu disurvei, kata Gus Mus, berapa persen dari umat Islam yang mayoritas di Indonesia yang bisa membaca Alquran, kemudian dari yang bisa membaca Alquran disurvei berapa persen yang mengerti makna Alquran. “Dari sekian yang mengerti maknanya, berapa persen yang mengamalkannya? Kalau ada penelitian seperti itu, insya Allah bisa menyelesaikan masalah keindonesiaan karena di Indonesia mayoritas umat Islam,” katanya.

Untuk itulah, Gus Mus mengajak para pemimpin yang muslim di Indonesia untuk tidak lepas dari Alquran sebagai pedomannya, sebab Alquran mengajarkan sebaik-baiknya keteladanan dan tuntunan sebagaimana kepemimpinan Rasulullah SAW. Yang pasti, kata ulama kharismatik itu, Alquran dan Islam adalah rahmat bagi semesta alam yang ajarannya sangat indah membangun relasi setara dalam hubungan sesama manusia dengan tidak saling menyalahkan, apalagi mengafirkan.

Rektor Unissula Semarang Anis Malik Thoha mengatakan pemimpin dalam konteks sekarang ini semestinya wajib mengamalkan Pancasila yang konsep lima silanya sama sekali tidak berlawanan dengan Alquran. “Pemimpin wajib mengamalkan Pancasila. Konsep lima sila dalam Pancasila sama sekali tidak berlawanan dengan Alquran. Umat Islam layak mengamalkannya, di samping tetap menjunjung tinggi perintah Tuhan,” katanya.

Advertisement

Seminar kebangsaan yang berlangsung di Masjid Kampus Unissula di Semarang dihadiri ribuan mahasiswa, dosen, dan karyawan Unissula, termasuk Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko. Tampil sebagai moderator dalam Seminar Kebangsaan itu budayawan Prie G.S..

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif