News
Selasa, 3 Oktober 2017 - 05:00 WIB

Begini Alasan Mendikbud Larang Anak-Anak Menonton Film G30S/PKI

Redaksi Solopos.com  /  Ayu Prawitasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kover film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI. (istimewa/wikipedia)

Anak-anak dilarang menyaksikan film G30S/PKI.

Solopos.com, KUPANG— Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy melarang anak-anak menonton film G30S/PKI. Alasannya, film itu untuk kategori penonton minimal 13 tahun.

Advertisement

“Jadi yang boleh menonton film itu adalah anak-anak yang usianya mulai dari 13 tahun ke atas. Selain itu dilarang,” katanya kepada wartawan di Kupang, Jumat (29/9/2017).

Hal ini dia sampaikan berkaitan dengan polemik soal layak dan tidaknya para pelajar menonton film penumpasan pengkhianatan G30S/PKI. Muhadjir menjelaskan larangan tersebut sesuai hasil keputusan dari Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/2014 tentang Lembaga Sensor Film (LSF), film dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan usia penonton. Kategori itu adalah semua umur, 13+, 17+, 21+.

Para pelajar yang masih duduk di bangku SMP dilarang menonton film G30S/PKI kecuali yang berada di kelas akhir. “Apalagi anak-anak kita yang masih SD. Itu sangat dilarang,” tambah dia.

Advertisement

Walaupun ada izin untuk menonton bagi para pelajar SMP kelas akhir dan SMA serta SMK, Muhadjir meminta para guru wajib mendampingi. Guru-guru yang harus mendampingi adalah guru-guru sejarah serta guru-guru yang mengajarkan mata pelajaran PPKN.

“Para siswa harus diberikan penjelasan yang cukup tentang sejarah bangsa Indonesia, soal pengkhianatan G30S/PKI itu betul-betul dipahami secara objektif oleh para siswa,” tambah dia.

Pemutaran film tersebut, menurutnya, dapat menjadi media belajar sejarah bagi generasi muda. Tujuannya ke depan bisa memperkuat rasa nasionalisme dan cinta akan NKRI. Mendikbud di Kota Kupang NTT dalam rangka menghadiri acara penutupan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang telah berlangsung di Kupang sejak Senin (25/9) lalu. Acara itu dihadiri ribuan pelajar dari 34 provinsi di Indonesia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif